JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan metropolitan Jakarta yang makin padat mengalihkan fokus permintaan hunian ke wilayah pinggiran datau suburban.
Di antara kawasan-kawasan tersebut, Cibubur telah muncul sebagai primadona investasi dan hunian, didorong oleh peningkatan populasi kelas menengah dan konektivitas infrastruktur yang masif.
Kini, pasar properti Cibubur memasuki babak baru yang lebih global. Raksasa pengembang properti asal Jepang, Sumitomo Forestry, secara resmi memutuskan untuk menanamkan modalnya di kawasan ini, berkolaborasi dengan Sinarmas Land melalui proyek ambisius: Kota Wisata Ecovia.
Baca juga: Standar Jepang Menembus Sawangan, Melihat Dampaknya pada Mutu Hunian
Langkah ini bukan sekadar ekspansi bisnis, melainkan sebuah pertaruhan strategis yang menjadi indikator kuat akan potensi jangka panjang Cibubur sebagai destinasi investasi properti premium.
Keberanian Sumitomo Forestry, yang berpengalaman mengembangkan real estat di seluruh dunia, untuk berinvestasi dalam proyek township terbesar di Asia menunjukkan adanya fundamental pasar yang solid di Cibubur.
Presiden Direktur PT Sumitomo Forestry Indonesia, Fumihide Nakatsu, menyatakan, kolaborasi dengan Sinarmas Land akan menjadi pengalaman bagi Sumitomo Forestry untuk pengembangan kota mandiri terbesar di Asia.
Baca juga: MRT Jakarta Beli 8 Trainset Baru dari Perusahaan Jepang
Pengalaman perusahaan dalam mengembangkan real estat di seluruh dunia diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan kualitas lanskap dan konstruksi proyek ini.
"Selain menghadirkan standar manajemen konstruksi yang tinggi, perusahaan juga berencana membangun beberapa fasilitas menggunakan material kayu ramah lingkungan, serta menjalin sinergi dengan produsen dan distributor bahan bangunan di Indonesia," ujar Nakatsu, Kamis (30/10/2025).
CEO Residential National Sinarmas Land, Prasetijo Tanumihardja, menambahkan, perusahaan menyambut baik kolaborasi strategis antara Sinarmas Land dan Sumitomo Forestry dalam pengembangan Kota Wisata Ecovia yang mencerminkan visi bersama menghadirkan hunian nyaman, dan berkelanjutan.
Baca juga: Jakarta Bakal Mirip Jepang dan Singapura, Stasiun Bawah Tanah MRT Terhubung Plaza Indonesia
Klaster perdana Orlens, ditawarkan mulai Rp 1,8 miliar hingga Rp 3,1 miliar dengan tiga tipe unit, tipe 6 (89/72), tipe 7 (122/98), dan tipe 8 (165/128).
"Dengan menggabungkan pengalaman Sinarmas Land dalam pengembangan township dan keahlian Sumitomo Forestry di bidang konstruksi berkelanjutan, kami yakin Kota Wisata Ecovia akan menjadi destinasi hunian pilihan keluarga urban Jabodetabek," urai Prasetijo.
Mengapa Jepang kepincut Cibubur?
Analisis pasar menunjukkan beberapa faktor kunci, konsep kota mandiri yang sudah matang, infrastruktur dan aksesibilitas, dan transisi kebutuhan hunian berkelanjutan.
Baca juga: Diam-diam, Jepang Produksi 4,5 Juta Balok Beton Anti Gempa di Bogor
Sejak dikembangkan pada 1996, Kota Wisata Cibubur telah mencatat lebih dari 11.800 unit hunian dan komersial.
Model pengembangan kota terintegrasi ini menjanjikan kemandirian fasilitas, mengurangi ketergantungan pada pusat kota.