KOMPAS.com – Rentetan unjuk rasa menolak tunjangan rumah untuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR) berakhir tragis dengan jatuhnya korban jiwa, luka-luka, dan hilangnya beberapa orang.
Untuk mengenang para korban, kelompok masyarakat sipil di Medan menggelar doa bersama dan menabur bunga, Sabtu (6/9/2025) menjelang matahari terbenam.
Massa aksi yang terdiri dari petani, pedagang, mahasiswa, dan organisasi masyarakat sipil berkumpul di Jalan Balai Kota, membentuk lingkaran untuk mengenang korban.
Foto-foto korban diletakkan di tengah peserta aksi, lilin dinyalakan, bunga ditaburkan, dan doa dipanjatkan sesuai keyakinan masing-masing.
"Satu nyawa itu bukan statistik. Satu nyawa itu adalah harga yang harus dibayar oleh pemerintah," tegas Lusty Malau, salah satu peserta aksi, saat rekan-rekannya menabur bunga.
Lusty juga membacakan nama 10 korban yang meninggal dan menyebut banyak korban lain yang hingga kini belum ditemukan.
"10 orang ini hadir di tengah-tengah kita dalam lilin-lilin yang kita nyalakan. Kita mengenang 10 figur yang berani bertaruh nyawa," ujarnya.
Sebelum doa dan tabur bunga, massa aksi menyampaikan tuntutan mereka. Koordinator aksi, Anisa, menegaskan bahwa sebagian tuntutan masyarakat, seperti penolakan tunjangan rumah DPR, telah diakomodasi. Namun, masih banyak yang belum terpenuhi.
"Kami meminta supaya tunjangan DPR tersebut dialihkan kepada kebutuhan dasar rakyat, terutama pendidikan dan kesehatan," kata Anisa dalam orasinya.
Ia juga menuntut agar brutalitas kepolisian dihentikan dan seluruh demonstran yang ditahan secara sewenang-wenang dibebaskan.
"Intimidasi, kriminalisasi terhadap aktivis yang bersuara atas nama keadilan juga supaya dihentikan," tegasnya.
Anisa menambahkan, institusi kepolisian perlu dievaluasi dan direformasi agar menjadi lembaga yang profesional, akuntabel, demokratis, dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan.
Baca juga: Doa Bersama Solidaritas Ojol Bersatu Palangka Raya, Tuntut Keadilan untuk Affan
Massa aksi juga menyerukan penolakan terhadap upah murah bagi buruh dan menuntut jaminan kesejahteraan bagi kelompok pekerja yang rentan.
Mereka menekankan agar segala bentuk perampasan ruang hidup rakyat dihentikan dan negara yang inklusif tanpa bias toxic maskulinitas dibangun.
Selain itu, massa menolak multifungsi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan meminta agar TNI dikembalikan ke barak. Mereka juga menuntut pencabutan Undang-Undang TNI.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Warga Medan Nyalakan Lilin dan Tabur Bunga untuk 10 Korban Unjuk Rasa, Jangan Lupakan Mereka dan Aksi Demo di Medan, Suarakan Hentikan Kriminalisasi dan Intimidasi Aktivis.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini