KOMPAS.com - Menjelang dimulainya kompetisi Liga 2 musim 2024-2025, pemain dan official PSIM Jogja melakukan ziarah ke makam raja-raja di Kotagede, Imogiri, Kamis (5/9/2024) malam.
Kegiatan ziarah ini menjadi tradisi rutin bagi PSIM Jogja sebelum mulai berkompetisi tiap musimnya.
Tujuannya, selain untuk mempererat ikatan tim dan refleksi diri juga menjadi kesempatan bagi para pemain untuk lebih mengenal budaya dan sejarah Yogyakarta.
Rombongan Laskar Mataram tiba di makam Raja-Raja Mataram di Kotagede sesaat sebelum adzan Maghrib. Makam Imogiri merupakan peristirahatan terakhir bagi Raja-Raja Mataram yang dibangun oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1632.
Edgard Amping, salah satu pemain PSIM mengaku antusias mengikuti ziarah tersebut.
“Rasanya antusias. Pengen tau juga, jadi pengalaman baru. Bisa mengenal lebih dalam budaya di Jogja,” ujar pemain asal Mamuju itu.
Pada hari-hari tertentu, pengunjung dapat memasuki makam Imogiri untuk mengirimkan doa di depan pusara para leluhur dengan mengenakan busana tradisional.
Untuk laki-laki memakai beskap lengkap dengan kain jarik dan blangkon. Sedangkan perempuan memakai baju kemben dan jarik.
Hal itu pula yang dilakukan oleh rombongan PSIM Jogja.
Pemain dan jajaran pelatih PSIM Jogja melakukan ziarah di makam Raja-Raja Mataram di Imogiri, Bantul, Kamis (5/9/2024). Yusaku Yamadera, pemain asal Jepang, mengaku sangat senang karena bisa merasakan kesempatan berziarah kali ini.
“Saya sangat mengapresiasi kesempatan yang luar biasa dan jarang saya dapatkan ini,” ungkap Yusaku.
Bagi pelatih Seto Nurdiyantoro, ziarah ke makam raja-raja ini merupakan tradisi yang selalu membuatnya rindu.
Dia juga melihat makna utama kegiatan ini bagi para pemain, terutama yang baru pertama kali mengikuti ziarah.
“Ini pengalaman yang pertama untuk sebagian pemain. Kita mendoakan leluhur. Intinya seperti itu. Ini mengingatkan kita bahwa suatu saat kita juga akan meninggal,” jelasnya.
Gapura Supit Urang secara simbolis merupakan gapura pertama untuk masuk ke Kompleks Makam Imogiri.