Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Tradisi Perayaan Malam 1 Suro di Keraton Jogja dan Solo

Kompas.com - 25/06/2025, 12:15 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta dikenal memiliki tradisi khusus dalam memperingati malam 1 Suro.

Malam 1 Suro adalah malam pertama di Bulan Suro, bulan pertama dalam Kalender Jawa. Ini juga biasanya bertepatan dengan malam sebelum tanggal 1 Muharam pada kalender Islam.

Keraton Jogja dan Keraton Solo sama-sama berasal dari Kerajaan Mataram Islam dan berakar pada budaya Jawa.

Meski demikian, terdapat perbedaan dari pelaksanaan tradisi malam 1 suro di Keraton Jogja dan Keraton Solo.

Baca juga: Warganet Keluhkan Banyak Orang Sakit Jelang 1 Suro, Ini Penjelasan Pakar


Tradisi malam 1 Suro di Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta memiliki tradisi malam 1 Suro yang disebut ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng. Ini telah dilaksanakan sejak zaman Sri Sultan Hamengku Bowono II.

Ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng pada Malam 1 Suro dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi benteng Keraton tanpa berbicara (topo bisu).

Jarak yang ditempuh para peserta selama ritual topo bisu kurang lebih mencapai 4 kilometer. Rute dimulai dari Bangsal Pancaniti, Jalan Rotowijayan, lalu Jalan Kauman.

Baca juga: Berasal dari Kalender Jawa, Mengapa Malam 1 Suro Bertepatan dengan Malam 1 Muharram?

Dilanjutkan ke Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, Suryowijayan, Pojok Beteng Kulon, Jalan MT Haryono, Pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan berakhir di Alun-alun Utara.

Selama berjalan kaki saat Ritual Topo Bisu malam 1 Suro, peserta tidak boleh berbicara. Keheningan total selama perjalan adalah simbol perenungan diri atau tirakat sekaligus keprihatinan terhadap segala perbuatan selama setahun terakhir.

Rangkaian tradisi ini diawali pelantunan tembang macapat oleh para abdi dalem yang dilaksanakan di area Bangsal Pancaniti, Keben Keraton Yogyakarta.

Baca juga: Apa Itu Malam 1 Suro? Berikut Ini Sejarah dan Sejumlah Mitosnya

Tradisi malam 1 Suro di Keraton Surakarta

Kebo Bule dalam tradisi kirab malam 1 suro keraton SoloKOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Kebo Bule dalam tradisi kirab malam 1 suro keraton Solo

Keraton Surakarta juga memiliki tradisi Malam 1 Suro yang disebut Kirab Satu Suro dan telah dilaksanakan turun temurun selama ratusan tahun.

Sejarah Kirab Satu Suro di Keraton Surakarta bermula pada masa pemerintahan Raja Pakubuwono X yang bertahta pada periode 1893-1939.

Baca juga: Dikaitkan dengan Malam 1 Suro, Apa Itu Weton Tulang Wangi? Ini Penjelasan Budayawan

Pakubuwono X rutin berkeliling tembok Baluwarti setiap Selasa dan Jumat kliwon, berdasarkan penanggalan Jawa.

Rutinitas ini kemudian berubah menjadi sebuah tradisi yang terus dilestarikan oleh kerabat Keraton Solo hingga saat ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Tren
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Tren
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Tren
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Tren
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Tren
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Tren
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Tren
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Tren
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Tren
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) 'Work from Everywhere'
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) "Work from Everywhere"
Tren
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau