KOMPAS.com - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengumumkan pada Senin (4/8/2025) bahwa mereka telah memulai proses pencopotan seluruh perangkat sound system berukuran besar dan bertenaga tinggi mirip sound horeg di perbatasan dengan Korea Utara (Korut).
Korea Selatan bongkar sound horeg tersebut yang selama ini digunakan untuk menyiarkan lagu-lagu K-pop dan laporan berita sebagai bagian dari kampanye propaganda lintas batas.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Presiden baru, Lee Jae Myung, untuk meredakan ketegangan dengan Pyongyang.
“Mulai hari ini, militer telah mulai mencopot pengeras suara,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Lee Kyung-ho, dalam konferensi pers dikutip dari The Strait Times, Senin (4/8/2025).
Baca juga: Peringati Perang Korea, Kim Jong Un Singgung Ini soal Amerika
Ia menyebut langkah itu sebagai tindakan praktis untuk menciptakan suasana yang lebih kondusif, selama tidak mengganggu kesiapsiagaan militer.
Militer Korea Selatan sebelumnya telah menghentikan siaran pada bulan Juni, menyusul keputusan Korea Utara untuk berhenti memutar suara-suara aneh yang selama ini mengganggu warga di wilayah perbatasan.
Seluruh perangkat dijadwalkan selesai dibongkar pada akhir pekan ini, meskipun pemerintah tidak menyebutkan jumlah unit yang akan dihapus.
Baca juga: Aktris Korea Kang Seo-ha Meninggal di Usia 31 Tahun, Punya Riwayat Kanker Lambung
Pencopotan pengeras suara ini menjadi simbol perubahan arah kebijakan Seoul setelah Presiden Lee dilantik menggantikan pendahulunya yang dimakzulkan akibat kegagalan deklarasi darurat militer.
Ia menyatakan komitmennya untuk memulihkan kepercayaan antara kedua Korea dan mendorong rekonsiliasi di Semenanjung.
Siaran lintas batas itu sebelumnya digelar sebagai respons atas kiriman balon berisi sampah dari Korea Utara yang diterbangkan ke wilayah selatan pada tahun lalu.
Namun kini, pemerintahan baru Korea Selatan berupaya meredakan ketegangan yang selama ini mencapai titik nadir, terutama setelah Pyongyang mempererat hubungan dengan Moskwa pasca invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Sajikan Menu Inovatif Berisi Semut, Restoran di Korea Selatan Terancam Denda Rp 600 Juta
Meskipun demikian, upaya diplomatik Seoul belum disambut positif oleh pihak utara.
Kim Yo Jong, adik pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, menanggapi sinis inisiatif Presiden Lee.
“Jika Republik Korea berharap membalikkan keadaan hanya dengan kata-kata sentimentil, itu adalah kesalahan kalkulasi yang fatal,” katanya pekan lalu, menyebut Korea Selatan dengan nama resminya.