KOMPAS.com - Perdana Menteri Albania, Edi Rama mengatakan bahwa negara mereka melihat peluang penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menggantikan para pejabat yang melakukan korupsi.
Rama menilai kecerdasan buatan bisa menjadi solusi utama dalam perang melawan korupsi yang telah lama ada di negaranya.
Ia bahkan menyebut teknologi tersebut sebagai calon anggota pemerintahan paling efisien.
Langkah berani tersebut berpotensi menjadikan Albania sebagai negara pertama di dunia dengan pemerintahan yang benar-benar melibatkan menteri berbasis AI.
"Suatu hari nanti, kita bahkan mungkin memiliki kementerian yang sepenuhnya dijalankan oleh AI. Dengan begitu, tidak akan ada nepotisme atau konflik kepentingan," ujar Rama dalam konferensi pers, Juli 2025.
Baca juga: Albania Berencana Bangun Negara Islam Mirip Vatikan, Ini Alasannya
Dikutip dari Politico, Kamis (14/8/2025), tak hanya tentang pencegahan korupsi, Albania juga menggunakan AI untuk mempercepat akses mereka untuk menjadi keanggotaan Uni Eropa.
Ia mengatakan teknologi tersebut dapat segera menjadi anggota pemerintahan Albania yang paling efisien.
Mantan politisi partai berkuasa serta penulis dengan minat yang besar pada AI, Ben Blushi, mengatakan ia yakin tidak ada yang perlu ditakutkan dari teknologi tersebut.
"Mengapa kita harus memilih antara dua atau lebih opsi manusia jika layanan yang kita dapatkan dari negara bisa dilakukan oleh AI?" kata Ben.
Ben melanjutkan, masyarakat akan lebih baik dikelola oleh AI daripada oleh manusia karena AI tidak membuat kesalahan.
"Selain itu, AI juga tidak membutuhkan gaji, tidak dapat dikorupsi, dan tidak akan berhenti bekerja," ungkap Ben.
Negara Albania diketahui telah lama bergulat dengan korupsi, baik di seluruh aspek masyarakat maupun politik.
Partai yang berkuasa saat itu telah menyaksikan banyak pejabat yang didakwa dan dihukum karena korupsi.
Beberapa diantaranya adalah pemimpin oposisi, Sali Berisha yang saat ini sedang menghadapi persidangan korupsi, dan mantan perdana menteri sekaligus mantan presiden, Ilir Meta yang saat ini berada di balik jeruji besi.
Baca juga: 10 Negara dengan Talenta AI Tertinggi di Dunia, Singapura Nomor 2
Anggota parlemen Albania dari Partai Demokrat yang beroposisi, Jorida Tabaku menekankan bahwa kecerdasan buatan hanyalah alat bantu.