Gagal memahami perspektif orang lain juga merupakan bentuk tone deaf. Danti mengatakan bahwa orang tersebut terlalu fokus pada diri sendiri sehingga tidak menyadari dampak dari perkataan atau tindakan mereka.
Sebagai contoh, Danti memisalkan sebuah perusahaan yang mengiklankan produk dengan menonjolkan fitur yang harganya sangat mahal, di saat banyak orang sedang kesulitan finansial.
Iklan tersebut dianggap tone deaf karena tidak peka terhadap kondisi ekonomi masyarakat.
Baca juga: Ramai Disebut di Media Sosial, Apa Itu Tone Deaf?
3. Memberikan solusi yang tidak relevan terhadap masalah yang serius
Danti menyebut bahwa memberikan solusi yang tidak relevan atau dangkal terhadap suatu permasalahan yang serius juga termasuk dalam bentuk tone deaf.
"Contohnya seperti saat seseorang curhat tentang masalah kesehatan mental yang dialaminya, namun ada yang menjawab 'sudah, jangan sedih terus, coba jalan-jalan saja'," kata Danti.
Jawaban tersebut dapat dianggap tone deaf karena tidak mengakui kompleksitas masalah yang dihadapi.
Baca juga: Cara Jaga Kesehatan Mental Saat Kondisi Negara Bermasalah, Ini Saran Psikolog
Danti menegaskan bahwa seseorang yang tak ikut menyuarakan pendapat, tidak dapat langsung disebut tone deaf.
Menurutnya, tone deaf lebih mengacu pada ketidakpekaan atau ketidakcocokan antara apa yang dikatakan atau dilakukan dengan situasi yang ada.
"Ini adalah tentang salahnya isi pesan atau tindakan, bukan ketiadaan pesan sama sekali," jelas Danti.
Baca juga: Ciri Seseorang Meminta Maaf secara Tulus atau Tidak Menurut Psikolog
Seseorang yang tone deaf, menurut Danti, adalah ketika orang tersebut berkata atau berbuat sesuatu yang tidak peka, tidak relevan, atau tidak sesuai dengan kondisi atau perasaan banyak orang.
"Berbeda dengan diam atau tidak menyuarakan pendapat. Seseorang berarti memilih untuk tidak berkomentar, tidak mengambil sikap, atau tidak terlibat dalam suatu isu," ujarnya.
Terdapat banyak alasan mengapa seseorang memilih diam, berikut beberapa di antaranya.
Jadi, memilih untuk diam adalah sebuah pilihan, dan tidak secara otomatis berarti seseorang itu tidak peka.
"Justru, kadang-kadang, diam adalah pilihan yang lebih bijak daripada menyuarakan sesuatu yang berpotensi menjadi tone deaf," ungkap Danti.
Baca juga: Laki-laki Hobi Selfie, Benarkah Tanda NPD? Ini Kata Psikolog