KOMPAS.com - Sebuah unggahan video di Instagram menunjukkan seorang YouTuber yang disangka tunawisma saat sedang makan pizza di pinggir jalan oleh seorang ibu yang lewat.
Ibu tersebut kemudian nampak ingin memberikan bantuan dan sang Youtuber sedikit terkejut, kesal, lalu menanggapinya dengan humor.
"Di sana makan pizza identik dengan gelandangan. kalo di sini cuma segelintir orang yang mampu beli pizza," tulis akun @r********ho*******n*********mo mengomentari video yang ada, Kamis (18/9/2025).
Lantas, kenapa pizza yang kerap dibagikan ke tunawisma di luar negeri dianggap menu mewah di Indonesia?
Baca juga: Arkeolog Temukan Lukisan Gambar Mirip Pizza Berusia 2.000 Tahun
Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, mengonfirmasi bahwa pizza kerap ditemukan di kedai-kedai kecil di Eropa, berdasarkan pengalamannya berkunjung ke sana.
Berbeda dengan di Indonesia, di mana pizza biasanya ditemui di restoran yang besar dan cenderung "berbau" mewah.
Drajat mengatakan, bahwa perbedaan ini terletak pada aspek konsumsi simboliknya.
"Kalau di Eropa, makanan seperti pizza termasuk makanan junkfood, karena makanan itu tidak diolah dengan cara rumahan," jelas Drajat saat dihubungi Kompas.com, Jumat (19/9/2025).
Dia melanjutkan, makanan junkfood tersebut dikonsumsi masyarakat dengan berorientasi pada nilai makanannya atau nilai fungsinya.
Penyebabnya, junkfood tidak berbasis pengolahan profesional, misalnya dimasak oleh chef, melainkan memakai standar yang sama untuk semua orang. Karena hal inilah maka nilainya menjadi rendah.
"Sementara itu, di Indonesia, yang dicari itu bukan sekadar makanannya, pizza. Tetapi justru tempat makannya, restorannya. Nah, ini yang disebut konsumsi simbolik," tutur Drajat.
"Kalau saya mengonsumsi karena gunanya, maka konsumsi saya terkait yang saya makan. kalau saya mengonsumsi karena simbolnya, maka yang saya konsumsi prestise-nya, keren atau tidaknya," sambung dia.
Baca juga: Casu Marzu, Keju Paling Berbahaya di Dunia
Selanjutnya, menurut Drajat, kebanyakan restoran pizza di Indonesia mengemas selera konsumsi simbolik masyarakat tersebut.
Karena itu, kebanyakan kedai pizza di Indonesia dibangun dengan mewah, misalnya menggunakan AC dan dengan dekorasi yang bagus.
"Orang Indonesia merasa, kalau saya makan di tempat ber-AC, dilayani oleh pelayan, ada saladnya misalnya, itu dianggap punya reputasi yang lebih bagus," kata dia.
Dengan begitu, kata dia, pizza dan junkfood lainnya menjadi makanan mahal di Indonesia karena prestise tersebut yang ditonjolkan
Sementara itu, orang di luar negeri lebih melihat ke jenis makanannya, pizza di jual di kedai kecil dan terkadang memang dibeli dan dibagikan ke orang tidak mampu.
"Kalau di Indonesia, pintarnya pebisnis mengemasnya ke restoran yang eksklusif, sehingga orang memberinya nilai mahal. Jadi, tidak diberikan ke tunawisma, melainkan dikonsumsi sendiri," imbuh dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang