Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pizza Dibagikan ke Tunawisma di Luar Negeri tapi Jadi Menu Mewah di Indonesia, Ini Kata Sosiolog

Kompas.com - 20/09/2025, 12:00 WIB
Rheandita Vella Aresta,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan video di Instagram menunjukkan seorang YouTuber yang disangka tunawisma saat sedang makan pizza di pinggir jalan oleh seorang ibu yang lewat.

Ibu tersebut kemudian nampak ingin memberikan bantuan dan sang Youtuber sedikit terkejut, kesal, lalu menanggapinya dengan humor.

"Di sana makan pizza identik dengan gelandangan. kalo di sini cuma segelintir orang yang mampu beli pizza," tulis akun @r********ho*******n*********mo mengomentari video yang ada, Kamis (18/9/2025).

Lantas, kenapa pizza yang kerap dibagikan ke tunawisma di luar negeri dianggap menu mewah di Indonesia?

Baca juga: Arkeolog Temukan Lukisan Gambar Mirip Pizza Berusia 2.000 Tahun

Penjelasan sosiolog soal pizza

Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, mengonfirmasi bahwa pizza kerap ditemukan di kedai-kedai kecil di Eropa, berdasarkan pengalamannya berkunjung ke sana.

Berbeda dengan di Indonesia, di mana pizza biasanya ditemui di restoran yang besar dan cenderung "berbau" mewah.

Drajat mengatakan, bahwa perbedaan ini terletak pada aspek konsumsi simboliknya.

"Kalau di Eropa, makanan seperti pizza termasuk makanan junkfood, karena makanan itu tidak diolah dengan cara rumahan," jelas Drajat saat dihubungi Kompas.com, Jumat (19/9/2025).

Dia melanjutkan, makanan junkfood tersebut dikonsumsi masyarakat dengan berorientasi pada nilai makanannya atau nilai fungsinya.

Penyebabnya, junkfood tidak berbasis pengolahan profesional, misalnya dimasak oleh chef, melainkan memakai standar yang sama untuk semua orang. Karena hal inilah maka nilainya menjadi rendah.

"Sementara itu, di Indonesia, yang dicari itu bukan sekadar makanannya, pizza. Tetapi justru tempat makannya, restorannya. Nah, ini yang disebut konsumsi simbolik," tutur Drajat.

"Kalau saya mengonsumsi karena gunanya, maka konsumsi saya terkait yang saya makan. kalau saya mengonsumsi karena simbolnya, maka yang saya konsumsi prestise-nya, keren atau tidaknya," sambung dia.

Baca juga: Casu Marzu, Keju Paling Berbahaya di Dunia

Selanjutnya, menurut Drajat, kebanyakan restoran pizza di Indonesia mengemas selera konsumsi simbolik masyarakat tersebut.

Karena itu, kebanyakan kedai pizza di Indonesia dibangun dengan mewah, misalnya menggunakan AC dan dengan dekorasi yang bagus.

"Orang Indonesia merasa, kalau saya makan di tempat ber-AC, dilayani oleh pelayan, ada saladnya misalnya, itu dianggap punya reputasi yang lebih bagus," kata dia.

Dengan begitu, kata dia, pizza dan junkfood lainnya menjadi makanan mahal di Indonesia karena prestise tersebut yang ditonjolkan

Sementara itu, orang di luar negeri lebih melihat ke jenis makanannya, pizza di jual di kedai kecil dan terkadang memang dibeli dan dibagikan ke orang tidak mampu.

"Kalau di Indonesia, pintarnya pebisnis mengemasnya ke restoran yang eksklusif, sehingga orang memberinya nilai mahal. Jadi, tidak diberikan ke tunawisma, melainkan dikonsumsi sendiri," imbuh dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Dark Jokes Ternyata Cermin Kecerdasan dan Ketenangan Emosi, Ini Penjelasan Ilmuwan
Dark Jokes Ternyata Cermin Kecerdasan dan Ketenangan Emosi, Ini Penjelasan Ilmuwan
Tren
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
Tren
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
Tren
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
Tren
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Tren
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau