Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Takaichi Hendak Hapus Batas Jam Lembur, Serikat Buruh Protes Keras

Kompas.com - 25/10/2025, 08:15 WIB
Rheandita Vella Aresta,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perdana Menteri perempuan pertama di Jepang, Sanae Takaichi berencana menghapus pembatasan jam lembur kerja.

Takaichi telah meminta Menteri Ketenagakerjaan untuk mempertimbangkan pelonggaran aturan tersebut.

Hal ini memicu kritik keras dari kelompok payung serikat buruh terbesar di Jepang, Rengo, pada Kamis lalu.

Ketua Rengo, Tomoko Yoshino, memperingatkan bahwa kebijakan tersebut bertentangan dengan dorongan terkini masyarakat terkait reformasi gaya kerja.

Baca juga: Siapa Ran Takahashi? Atlet Voli Jepang yang Diduga Selingkuh dengan Bintang Film Dewasa

Risiko kematian akibat kerja berlebihan

Dalam konferensi pers, Yoshino menyatakan ketidaksetujuan dengan penghapusan batas jam lembur kerja.

“Hal ini tidak dapat diterima,” ujar Tomoko Yoshino, dikutip dari Japan Today, Jumat (25/10/2025).

Sebelum dilantik menjadi PM pada hari Selasa, Takaichi telah memicu pro kontra terkait ketenagakerjaan.

Ia saat itu berjanji akan membuang istilah "work-life balance" atau keseimbangan antara kehidupan dengan pekerjaan.

Menurut dia, masyarakat termasuk dirinya perlu terus bekerja tidak kenal lelah layaknya "kuda penarik".

"Kita tidak bisa membiarkan batas atas (jam lembur kerja) dilonggarkan," kata Yoshino.

Dia menilai, batas jam lembur di Jepang sudah mendekati ambang batas yang dapat meningkatkan risiko kematian akibat kerja berlebihan.

Baca juga: PM Baru Jepang Sanae Takaichi Mengaku Gemar Drakor, Upaya Redam Kekhawatiran Seoul?

Aturan lembur kerja di Jepang

Dilansir dari SCMP, Jumat (25/10/2025), Jepang telah memberlakukan batas maksimum jam lembur kerja sejak 2019.

Dalam setahun, jam lembur yang diizinkan adalah hingga 720 jam, atau dengan kata lain, di bawah 100 jam sebulan jika termasuk kerja pada hari libur.

Karena peninjauan harus dilakukan lima tahun setelah implementasi, pemerintah sebelumnya mengatakan dalam cetak biru kebijakan bahwa peninjauan jam lembur itu akan bersifat komprehensif.

Sementara itu, Takaichi juga telah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, Kenichiro Ueno.

Ia menginstruksikan Ueno untuk memastikan bahwa pelonggaran aturan apa pun, termasuk jam lembur harus dilakukan dengan mempertimbangkan kesehatan pekerja dan kemauan mereka.

“Kita masih setengah jalan dalam upaya menurunkan karoshi (kematian akibat kerja berlebihan) menjadi nol dan mendorong reformasi gaya kerja,” pungkas Yoshino.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Tren
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Tren
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Tren
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Tren
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Tren
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Tren
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Tren
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Tren
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Tren
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) 'Work from Everywhere'
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) "Work from Everywhere"
Tren
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau