Setelah diperdagangkan, korban akan berada di bawah kendali pelaku baru yang melanjutkan eksploitasi tersebut.
Barrett menyebut, para pelaku termotivasi oleh hiburan pribadi dan keinginan menjadi populer secara daring.
Jaringan kriminal ini tidak memiliki struktur hierarki atau ideologi tunggal.
Namun, mereka sering kali tertarik pada ekstremisme kekerasan, nihilisme, sadisme, serta ideologi seperti Nazisme dan Satanisme.
Baca juga: Australia Protes China Usai Jet Tempur Lepas Suar di Laut China Selatan
Menurut Barrett, para pelaku tidak termotivasi oleh uang atau hasrat seksual, melainkan oleh dorongan untuk mencari hiburan dan popularitas di dunia maya.
Mereka kerap kali tidak memahami sepenuhnya konsekuensi serius dari tindakan mereka.
Barrett menyebut perilaku ini sebagai masalah global yang mendesak.
Ia mengatakan bahwa kelompok penegakan hukum internasional Five Eyes kini bekerja sama untuk menargetkan jaringan pelaku dan memperkuat upaya bersama.
“Sebagai prioritas utama, AFP akan membentuk Satgas Pompilid untuk menggunakan seluruh kewenangan kami menindak pelaku," kata Barrett.
"Kami akan melindungi korban, menangkap pelaku, membongkar fasilitator, dan menghapus anonimitas yang melindungi mereka dari hukum,” tegasnya.
Barrett menyerukan para orang tua dan wali agar lebih waspada terhadap tren ini.
Baca juga: Daftar Mi Instan Terbaik di Australia Tahun 2025, Indomie Nomor 1
Ia mendorong mereka untuk rutin berbicara dengan anak-anak tentang aktivitas daring, mengajarkan berpikir kritis, dan menciptakan ruang aman bagi mereka untuk melapor tanpa takut dihukum.
“Perhatikan tanda-tanda bahaya seperti perilaku menyakiti diri sendiri, perubahan pola makan dan tidur, penarikan diri dari keluarga atau teman, hingga penggunaan bahasa ekstrem,” ucap Barrett.
“Anak-anak perlu tahu bahwa mereka tidak sendiri dan selalu bisa mencari bantuan,” lanjut dia.
Selain penegakan hukum, AFP juga berkolaborasi dengan perusahaan teknologi untuk mengembangkan alat berbasis kecerdasan buatan (AI).