KOMPAS.com - Hujan ekstrem yang melanda New York City pada Kamis (30/10/2025) memecahkan rekor curah hujan tertinggi dalam lebih dari satu abad.
National Weather Service (NWS) mencatat lima wilayah di New York dan sekitarnya mencapai angka curah hujan tertinggi sejak 1917.
Baca juga: Ada Supermoon, Wilayah Pesisir Ini Berpotensi Alami Banjir Rob hingga 24 November 2025
Menurut NWS, Central Park menerima curah hujan 4,65 cm, melampaui rekor 4,16 cm yang terjadi lebih dari 100 tahun lalu.
Curah hujan LaGuardia Airport menembus 5,31 cm, sedangkan Newark Airport mencatat 5,18 cm, keduanya melampaui rekor tahun 1955.
Lantas, apa saja yang perlu diketahui dari peristiwa banjir di New York?
Sebagaimana dilansir dari CBS, Jumat (31/10/2025), rekor juga terjadi di dua wilayah lain di sekitar New York. Islip di Long Island mencatat 6,60 cm, sedangkan Bridgeport, Connecticut, mencapai 6,20 cm.
Beberapa daerah bahkan mengalami curah hujan di atas 7 cm, termasuk Greenwich di Connecticut (9,90 cm) dan Bay Shore di New York (7,60 sentimeter).
Hujan deras disertai angin kencang ini memicu banjir di jalan utama, stasiun kereta bawah tanah, dan pemadaman listrik di beberapa titik.
Dikutip dari ABC News, Kamis (30/10/2025), dua orang dilaporkan tewas akibat terjebak di ruang bawah tanah di Brooklyn dan Washington Heights.
Baca juga: Ribuan Warga Semarang Terdampak Banjir, Pemerintah Siapkan Solusi Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Akibat hujan ekstrem ini, lebih dari 1.000 penerbangan dibatalkan di wilayah timur laut Amerika Serikat, termasuk di tiga bandara utama New York: JFK, LaGuardia, dan Newark.
NWS menetapkan peringatan cuaca ekstrem dan imbauan kewaspadaan bagi warga hingga akhir pekan.
Kondisi tersebut bukan disebabkan oleh Badai Melissa, tetapi oleh sistem badai darat yang bergerak di sepanjang pesisir timur laut AS.
Sistem ini memicu cuaca ekstrem di Amerika Serikat bagian timur, termasuk angin berkecepatan 50 mil per jam di beberapa titik.
Baca juga: 4 Perjalanan Kereta Dibatalkan Akibat Banjir Semarang, Ini Daftar Lengkapnya
Komisaris Departemen Perlindungan Lingkungan (DEP) New York, Rohit Aggarwala, menyebut bahwa sistem drainase kota tidak dirancang untuk hujan seintens ini.
"Kita semua tahu perubahan iklim telah membawa badai hujan ekstrem yang tidak pernah dirancang untuk dihadapi oleh infrastruktur kita," ujar Aggarwala, dikutip dari CBS, Jumat (31/10/2025).