Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wayangologi dan Monarkimologi Purbaya

Kompas.com - 02/11/2025, 20:37 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

NAMA Purbaya Yudhi Sadewa sebagai pengganti Menteri Keuangan legendaris Sri Mulyani Indrawati sedang viral trending utama.

Terlepas pro dan kontra maupun simpati dan antipati, nama Menkeu yang baru memang menarik untuk disimak, terutama dari aspek wayangomologi alias ilmu yang memelajari wayang maupun sisi monarkimologi alias ilmu yang memelajari kerajaan.

Purbaya, Yudhi, dan Sadewa, ketiganya berasal dari nama tokoh wayang. Sadewa adalah putra terbungsu dari Pandawa Lima, kembaran Nakula sebagai dua putra Dewi Madrim isteri ke dua Pandu Dewananta.

Yudhi berasal nama Yudhistira adalah pesulung Pandawa Lima, putra pertama Dewi Kunti sebagai manusia terjujur di marcapada sehingga kereta kencana yang ditumpangi Yudhistira melaju tanpa menyentuh permukaan bumi.

Di dalam pewayamgan, Purbaya adalah satu di antara sekian banyak nama Gatot Kaca sebagai putra Bima dan Dewi Arimbi.

Nama-nama lain antara lain Jabang Tetuka sebagai nama asli saat lahir, kemudian masih ada Bimasiwi, Bhimasuta, Krincing Wesi, Hidimbyatmaja sebagai gelar yang diberikan saat menjadi raja di Pringgadani, serta di masa dewasa keren disebut Raden Purbaya.

Nama Purbaya juga kerap digunakan di khasanah kerajaanomologi, yaitu pertama pada Kesultanan Mataram, kedua dari Kesultanan Banten, dan terakhir berasal dari Kasunanan Kartasura.

Pangeran Purbaya dari Mataram nama aslinya adalah Jaka Umbaran. Ia merupakan putra dari Panembahan Senopati yang lahir dari istri putri Ki Ageng Giring.

Babad Tanah Jawi mengisahkan, Ki Ageng Giring menemukan kelapa muda ajaib yang jika airnya diminum sampai habis dalam sekali teguk, akan menyebabkan si peminum dapat menurunkan raja-raja tanah Jawa.

Tanpa sengaja air kelapa muda itu terminum habis oleh Ki Ageng Pamanahan yang bertamu ke Giring dalam keadaan haus.

Ki Ageng Pamanahan merasa bersalah setelah mengetahui khasiat air kelapa ajaib itu. Ia lalu menikahkan putranya, yaitu Sutawijaya dengan anak perempuan Ki Ageng Giring.

Namun, karena istrinya itu berwajah jelek, Sutawijaya pun pulang ke Mataram dan meninggalkannya dalam keadaan mengandung.

Putri Giring kemudian melahirkan Jaka Umbaran (diumbar dalam bahasa Jawa artinya “ditelantarkan”). Setelah dewasa Jaka Umbaran pergi ke Mataram untuk mendapat pengakuan dari ayahnya.

Saat itu, Sutawijaya sudah bergelar Panembahan Senopati. Melalui perjuangan yang berat, Jaka Umbaran akhirnya berhasil mendapat pengakuan sebagai putra Mataram dengan gelar Pangeran Purbaya.

Naskah babad mengisahkan putra Panembahan Senopati yang paling sakti ada dua. Pertama adalah Raden Rangga yang mati muda, sedangkan kedua adalah Purbaya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Tren
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Tren
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Tren
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Tren
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Tren
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Tren
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Tren
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Tren
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) 'Work from Everywhere'
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) "Work from Everywhere"
Tren
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Tren
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
Tren
Warganet Pertanyakan Reaktivasi Jalur KA Purwokerto–Wonosobo, Ini Tanggapan KAI
Warganet Pertanyakan Reaktivasi Jalur KA Purwokerto–Wonosobo, Ini Tanggapan KAI
Tren
Mengenal QRIS Tap, Apa Bedanya dengan QRIS Biasa?
Mengenal QRIS Tap, Apa Bedanya dengan QRIS Biasa?
Tren
Kronologi Pemuda Tewas Dikeroyok di Masjid Agung Sibolga Usai Dilarang Tidur Dini Hari
Kronologi Pemuda Tewas Dikeroyok di Masjid Agung Sibolga Usai Dilarang Tidur Dini Hari
Tren
5 Transportasi Umum di Jabodetabek yang Bisa Pakai QRIS Tap
5 Transportasi Umum di Jabodetabek yang Bisa Pakai QRIS Tap
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau