Di situ, anak-anak diajak berpikir dan diajarkan langkah-langkah penting: berani bilang tidak, lari, dan lapor.
Menurut Hana, konsep consent juga bisa dilatih sejak dini dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat menentukan menu makan di rumah.
“Orang tua bisa biasakan anak berpendapat. Kalau anak terbiasa didengar, nanti dia akan lebih percaya diri ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman,” jelasnya.
Baca juga: Darurat Pendidikan Seksual di Indonesia
Saat ini, Kakak Aman memiliki dua modul edukasi yang biasa digunakan untuk kegiatan komunitas, yakni Modul Edkuasi Pencegahan Kekerasan Sekksual dan Modul Pendidikan Seksual Komprehensif.
Konten-kontennya dapat diakses melalui Instagram @kakaman.id. Di situ, pengunjung bisa menemukan tautan untuk mengunduh modul dan mengikuti sesi briefing agar memahami cara penggunaannya dengan benar.
“Kami juga punya kanal YouTube untuk lagu-lagu edukasi,” tambah Hana.
Meski modul khusus untuk orang tua belum tersedia, timnya yang terdiri dari relawan dan psikolog pendidikan sedang mengembangkannya.
Pesan Hana untuk para orang tua sederhana tapi kuat, yakni jadilah pendengar terbaik bagi anak.
“Anak itu butuh didengar, butuh teman bercerita. Orang tua seharusnya jadi tempat paling aman dan nyaman bagi mereka,” ujarnya.
Ia menyadari, memang ada kasus di mana orang tua justru menjadi pelaku.
“Tapi bagi orang tua yang mau belajar dan sayang pada anaknya, jadilah tempat bercerita yang nyaman. Biasakan anak untuk terbuka, karena kebiasaan itu bisa jadi pertahanan terbaik dari kekerasan seksual,” ucapnya.
Hana juga mengingatkan agar orang tua tidak tabu membicarakan bagian tubuh pribadi.
“Jangan ragu membicarakan bagian tubuh pribadi, karena jika bukan kita, orang lain dengan niat buruk bisa mengambil peran tersebut. Jangan takut untuk berkomunikasi secara terbuka dan positif dengan anak-anak. Selama kita melakukannya, InsyaAllah akan aman. Itulah yang paling dibutuhkan anak-anak hari ini,” ucapnya.
Baca juga: Amankah Melakukan Hubungan Seks Saat Menstruasi? Kenali Risikonya
Kini, Yayasan Kakak Aman telah disokong oleh 55 sukarelawan yang siap membantu menyebarkan edukasi perlindungan anak dari kekerasan.
Lebih dari 4.000 anak telah teredukasi untuk lebih memahami cara melindungi diri dari kekerasan dan situasi berbahaya.
Tak hanya itu, sebanyak 150 lebih guru dan orang tua sudah dirangkul untuk diberikan edukasi guna mendukung peran mereka sebagai pendamping utama anak. Sementara 50 guru telah mendapatkan pelatihan untuk menjadi fasilitator guru aman di sekolah.
Hana menyampaikan, meski berbasis di Serang, Kakak Aman sudah menjangkau 17 daerah di Indonesia dan berkomitmen memperluas pendidikan seksual anak ke lebih banyak wilayah.
“Saya percaya, ketika keluarga, sekolah, komunitas, masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta bergerak bersama, kekerasan seksual pada anak bisa kita cegah. Setiap langkah kecil dari kita berarti besar untuk masa depan mereka,” ucapnya.
Perjuangan Hana yang tak kenal lelah sebagai sahabat pelindung anak dari kekerasan seksual itu pun telah dilirik oleh juri dalam pemilihan penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2024.
Pada Oktober tahun lalu, ia terlipih menjadi penerima apresiasi SATU Indonesia Award untuk bidang Pendidikan.
Hana menjadikan apresiasi ini sebagai pendobrak semangat untuk bisa terus memberikan dampak baik bagi masyarakat, terutama anak-anak.
“Kami sadar perjuangan masih panjang. Apresiasi itu ‘menantang’ kami untuk bisa bergerak lebih kencang,” ucapnya.
Baca juga: Bahaya Oral Seks, Penyakit Apa Saja yang Bisa Tertular?
Tangkapan layar yang menampilkan sosok pendiri Youth Community Tenggara, Mariana Yunita Hendriyani Opat (32) saat memberikan edukasi mengenai hak kesehatan seksual dan reproduksi kepada anak anak-anak dan remaja di salah satu sekolah di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada awal November 2024 ini. Kegiatan itu adalah bagian dari program Bacarita Kespro andalan dari Tenggara. Sejak didirikan pada 2016, Tenggara telah menjangkau sekitar 4.000 anak muda di NTT untuk diberikan edukasi isu kesehatan seksual dan reproduksi.Jauh dari Serang, semangat melindungi anak-anak dari kekerasan seksual juga diperjuangkan oleh Mariana Yunita Hendriyani Opat atau akrab disapa Tata.
Selama hampir satu dekade, ia aktif menjangkau anak-anak dan remaja di Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama di Kota Kupang.
“Saya pernah mengalami pelecehan seksual saat kecil, dan saya tidak mau ada korban lagi!” ujar Tata tentang alasannya mendirikan Youth Community Tenggara pada 30 Agustus 2016.
Lewat komunitas ini, ia mengajak generasi muda NTT memahami hak kesehatan seksual dan reproduksi (kespro).
Bagi Tata, pendidikan seksual penting dibicarakan sejak dini agar anak memahami tubuhnya, menghormati diri dan orang lain, serta mampu mencegah kekerasan seksual, baik sebagai korban maupun pelaku.
Di banyak tempat, ia menemukan anak-anak yang tidak tahu apa itu pubertas, menstruasi, atau mimpi basah.
Bahkan ada remaja yang sudah melakukan aktivitas seksual seperti masturbasi atau petting (menggesekkan alat kelamin dengan pasangan) tanpa memahami risikonya.
“Pendidikan ini membantu anak memahami perubahan tubuh dan emosi dengan percaya diri, tanpa malu atau takut,” jelas Tata.
Menurutnya, anak yang paham seksualitas lebih waspada terhadap risiko kehamilan dini, infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS, serta kekerasan seksual yang dapat mengancam masa depan mereka.
Tenggara sendiri pernah melakukan survei pada 2017 yang menemukan bahwa sebagian besar dari 500 remaja NTT tidak memiliki akses informasi soal pendidikan seksual. Hal ini sejalan dengan tingginya kasus pelecehan dan kehamilan remaja di daerah tersebut.
Data DP3AP2KB NTT mencatat 359 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak pada 2024, meningkat dari tahun sebelumnya.
Sementara pada tahun ini, hingga Juni 2025, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sudah mencapai 281 kasus. Jika dirata-rata, ada lebih dari satu kasus setiap hari.
“Setiap anak muda berhak mengenali tubuhnya dan membuat keputusan reproduksi yang matang,” tegas Tata.
Baca juga: Benarkah Terlalu Sering Berhubungan Seks Bikin Vagina Longgar?
Tangkapan layar yang menunjukkan aktivitas saat Mariana Yunita Hendriyani Opat, 29, (atas) menjadi moderator dalam program Bacarita Kespro yang diselenggarakan Tenggara secara online, Sabtu (23/10/2021). (KOMPAS.com/IRAWAN SAPTO ADHI)Tata mantap mendirikan Tenggara setelah melihat belum ada komunitas yang dibentuk oleh anak muda dan untuk anak muda yang fokus pada isu kesehatan seksual dan reproduksi khususnya di Kota Kupang.