YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Di pendopo Kantor Kalurahan Sidoluhur, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman, suara riuh yel-yel kader Posyandu menggema.
Mereka dengan penuh semangat berlatih untuk acara syawalan yang akan datang.
Di tengah keramaian itu, seorang perempuan mengenakan kebaya duduk tenang, menyimak kegiatan para kader.
Perempuan ini adalah Yustina Wardani, atau yang akrab disapa Bu Dani, seorang perempuan 61 tahun yang telah lama mengabdikan dirinya untuk mendampingi orang dengan disabilitas psikososial (ODPP) di Kalurahan Sidoluhur.
Baca juga: Kisah Vivi Hastuti, Kartini Penjinak Si Jago Merah di Kota Bogor
Yustina Wardani bisa dibilang sebagai sosok Kartini masa kini. Seorang ibu dan kader Posyandu yang tak hanya peduli terhadap kesehatan ibu dan anak, tetapi juga pada kesehatan mental masyarakat.
Sebagai koordinator kesehatan jiwa, Dani mendampingi ODPP yang sering terpinggirkan oleh masyarakat.
"Pada tahun 1990, saya mulai menjadi kader Posyandu, Ketua Posyandu di Pandean, salah satu padukuhan di Kalurahan Sidoluhur," kenangnya dengan penuh rasa syukur saat dijumpai Selasa (22/4/2025).
Setelah dua tahun memimpin Posyandu di Pandean, Dani melanjutkan pengabdiannya sebagai kader Posyandu di Kalurahan Sidoluhur pada tahun 1992.
Pada tahun 2012, sebuah pelatihan kesehatan jiwa yang diadakan oleh Puskesmas Godean 1 menjadi titik balik dalam hidup Dani.
Setelah mengikuti pelatihan tersebut, Dani melaporkan kepada pihak Kalurahan Sidoluhur tentang adanya kader kesehatan jiwa yang siap mendampingi ODPP.
Usai mendapat sambutan positif dari kalurahan, pada tahun 2012, didirikanlah Seksi Kesehatan Jiwa dalam program Desa Siaga.
"Nah, Desa Siaga yang dulunya belum ada seksi kesehatan jiwa, sekarang kita adakan. Di tahun 2012 itu kita mulai adanya Seksi Kesehatan Jiwa di Desa Siaga," ucap Dani.
Sebagai koordinator, Dani bersama para kader lainnya berkolaborasi dengan Puskesmas untuk mendata ODPP yang ada di wilayah Kalurahan Sidoluhur.
Tugas mereka juga mencakup menangani kekambuhan ODPP dan memastikan mereka mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
Baca juga: Perjuangan Kartini Masa Kini Melawan Stereotip Gender
Namun, di tengah dedikasinya pada masyarakat, Dani harus menghadapi ujian besar dalam kehidupan pribadi. Anak laki-lakinya, yang saat itu masih duduk di kelas 1 SMA, mengalami depresi yang cukup parah.