BEIRUT, KOMPAS.com - Israel dan Hizbullah saling tuduh melanggar kesepakatan gencatan senjata, yang baru berusia satu hari.
Gencatan senjata ini sebelumnya ditujukan untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama lebih dari setahun.
Militer Israel mengeklaim, telah melancarkan serangan udara terhadap fasilitas di Lebanon selatan yang digunakan Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah pada Kamis (28/11/2024).
Baca juga: Mengapa Israel dan Hizbullah Sepakat Gencatan Senjata Sekarang?
Israel juga mengaku telah menembaki "tersangka" yang tiba dengan kendaraan di beberapa wilayah zona selatan, yang dianggap melanggar perjanjian gencatan senjata.
Sementara itu, anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlallah, menuduh Israel melanggar gencatan senjata.
"Israel, musuh, menyerang warga yang kembali ke desa perbatasan. Ada pelanggaran hari ini oleh Israel, bahkan dalam bentuk yang sama," kata Fadlallah kepada wartawan, dikutip dari Reuters.
Militer Lebanon juga menuduh Israel telah melanggar gencatan senjata.
“Israel, musuh, berulang kali melanggar kesepakatan ini,” kata pihak Militer.
Mereka menyinggung sejumlah serangan udara dan serangan terhadap wilayah Lebanon oleh Israel dengan "berbagai senjata".
Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah padahal mulai berlaku pada Rabu (27/11/2024) pukul 04.00 waktu setempat.
Tuduhan dari kedua belah pihak menunjukkan rapuhnya kesepakatan ini.
Baca juga: Jika Hizbullah Langgar Gencatan Senjata, Netanyahu Ancam Perang Intensif
Kesepakatan tersebut mengharuskan pembongkaran fasilitas militer tak berizin di selatan Sungai Litani, tetapi tidak mencakup fasilitas di utara sungai.
Israel memiliki waktu hingga 60 hari untuk menarik diri dari Lebanon selatan, dan kedua belah pihak dilarang meluncurkan operasi ofensif.
Gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Perancis itu dimaksudkan berlangsung 60 hari dengan harapan mengarah pada penghentian permanen permusuhan antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang mengumumkan kesepakatan gencatan senjata ini pada Selasa (26/11/2024), menyatakan akan melanjutkan upayanya untuk mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Namun, tidak ada tanda-tanda Israel tertarik dengan gencatan senjata segera di Gaza.
“Apakah kita sudah berada di awal berakhirnya operasi Gaza? Tentu saja tidak. Masih ada yang perlu kita lakukan,” kata Menteri Pertanian Israel Avi Dichter, yang juga anggota kabinet keamanan dalam dan mantan kepala agen intelijen Shin Bet kepada para wartawan pekan ini.
“Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi negara Israel lagi. Kami akan mencapai kemenangan yang pasti di sana. Berbeda dengan Lebanon," tambahnya.
Baca juga: Israel Sebut Gencatan Senjata dengan Hizbullah Dilanggar, Ada Serangan di Selatan Lebanon
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini