Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deforestasi Amazon Kurangi Curah Hujan dan Picu Kenaikan Suhu

Kompas.com - 05/09/2025, 21:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, peneliti berhasil mengukur dampak hilangnya vegetasi dan perubahan iklim global terhadap hutan.

Studi yang dipimpin oleh para ilmuwan dari Universitas São Paulo (USP) di Brasil ini menemukan deforestasi di Amazon Brasil bertanggung jawab atas sekitar 74,5 persen penurunan curah hujan dan 16,5 persen peningkatan suhu di bioma tersebut selama musim kemarau.

Menurut studi tersebut selama musim kemarau, curah hujan turun sekitar 21 mm per tahun, di mana 15,8 mm dari penurunan itu disebabkan oleh penggundulan hutan.

Sementara itu, seperti dilansir dari Phys, Selasa (2/9/2025) suhu maksimum naik sekitar 2,0 derajat C, dengan 16,5 persen dari kenaikan itu disebabkan oleh hilangnya hutan, dan sisanya oleh perubahan iklim global.

Baca juga: Perubahan Iklim dan Deforestasi Ubah Hutan Amazon Menjadi Sabana dalam Waktu Seabad

Profesor Luiz Augusto Toledo Machado, peneliti di Institute of Physics (IF-USP), University of São Paulo, dan kolaborator di Max Planck Institute's Department of Chemistry di Jerman, mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut menggarisbawahi pentingnya melestarikan hutan yang masih ada untuk menjaga ketahanan iklim.

Hutan Amazon, sebagai hutan tropis terbesar dan paling beragam di dunia, memegang peranan penting dalam mengatur iklim global.

Sebagai contoh, hutan ini menciptakan apa yang disebut "sungai terbang" yakni saluran air yang tak terlihat, yang beredar di atmosfer dan menyuplai air ke bioma lain, seperti ekosistem savana di Brasil, yang dikenal sebagai Cerrado.

Pohon-pohon menyerap air dari tanah melalui akar, membawanya ke daun, lalu melepaskannya kembali ke atmosfer dalam bentuk uap.

Namun menurut data dari MapBiomas hutan Amazon di Brasil kehilangan 14 persen dari vegetasi aslinya antara tahun 1985 dan 2023. Area yang hilang mencapai 553.000 km persegi.

Hal tersebut akhirnya berkontribusi pada perubahan siklus curah hujan ini, mengintensifkan musim kemarau secara lokal dan memperpanjang periode kebakaran hutan.

Untuk mencapai kesimpulan ini, peneliti menggunakan persamaan permukaan parametrik yang mempertimbangkan variasi tahunan dan deforestasi. Persamaan ini memungkinkan mereka untuk membedakan secara unik kontribusi dari perubahan iklim global dan hilangnya vegetasi.

Mereka juga menggunakan kumpulan data penginderaan jarak jauh dan analisis ulang jangka panjang, termasuk klasifikasi penggunaan lahan yang dibuat oleh MapBiomas.

Selain menganalisis data terkait curah hujan dan suhu, kelompok tersebut juga mengamati data gas rumah kaca.

Mereka menyimpulkan bahwa peningkatan kadar karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4) selama periode 35 tahun hampir seluruhnya didorong oleh emisi global (lebih dari 99 persen).

Baca juga: Deforestasi Renggut Nyawa 500.000 Orang dalam Dua Dekade Terakhir

Mereka mengamati kenaikan sekitar 87 ppm (part per million) untuk CO2 dan sekitar 167 ppb (part per billion) untuk CH4.

Para peneliti juga memperingatkan dalam studinya, jika penggundulan hutan terus berlanjut tanpa terkendali, maka ekstrapolasi atau perkiraan berdasarkan data yang ada dari hasil penelitian menunjukkan bakal terjadi penurunan lebih lanjut curah hujan selama musim kemarau dan kenaikan suhu yang bahkan lebih besar.

Sementara itu, penelitian terbaru lainnya menunjukkan bahwa penggundulan hutan Amazon mengubah pola angin monsun di Amerika Selatan, yang biasanya membawa hujan lebat ke wilayah tengah dan tenggara Brasil saat musim panas.

Perubahan ini menyebabkan kondisi yang lebih kering dan berpotensi mengikis ketahanan hutan dalam jangka panjang. Peristiwa ekstrem seperti kekeringan pada tahun 2023 dan 2024 semakin memperburuk keadaan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau