JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan pemerintah telah mengirim surat ke Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (United States Trade Representative/USTR) untuk negosiasi lanjutan soal tarif impor.
Dalam surat tersebut, pemerintah meminta sejumlah komoditas dari Indonesia mendapat tarif impor nol persen. Daftar komoditas sudah dirinci, antara lain kakao, kopi, sawit, dan produk-produk mineral.
"Kita sudah bahas dengan kementerian/lembaga semua, daftar barangnya sudah kita kirimkan, kita kirimkan ke USTR. Tinggal jadwal untuk mulai negosiasi dengan USTR," ujar Susi usai menghadiri peresmian Indonesia Shopping Festival (ISF) 2025 di Lippo Mall Nusantara, Jakarta, Kamis (14/8/2025).
Baca juga: Harga Emas Dunia Turun Usai Trump Pastikan Tak Ada Tarif Impor Emas
Susi memastikan negosiasi dengan USTR akan dimulai secepatnya. Proses bisa dilakukan daring tanpa kunjungan langsung ke AS. Delegasi Indonesia baru akan datang ke Amerika saat kesepakatan sudah matang.
"Kita sudah komunikasi, kita akan melakukan negosiasi lanjutan untuk beberapa komoditas. (Kriterianya) Komoditas tersebut tidak bisa diproduksi oleh Amerika, ekspornya sangat layak kalau dari Indonesia dan terkait rantai pasok kritikal mineral," tambah Susi.
Tarif impor sebesar 19 persen dari AS mulai berlaku pada 7 Agustus 2025. Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan pemerintah masih bernegosiasi dengan AS sampai 1 September 2025 untuk mendapatkan tarif nol persen bagi komoditas tertentu.
"Nah ini (Indonesia) dapat (tarif) 19 persen resiprokal. Tapi kan masih ada berunding yang lain lagi (untuk komoditas) yang kita usahakan dapat nol persen. Itu (perundingan) sampai 1 September, rencananya ya," ujar Budi di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (7/8/2025).
Budi menekankan negosiasi masih dimungkinkan karena pemerintah AS memberi kesempatan. Pemerintah menargetkan proses negosiasi selesai sebelum 1 September 2025.
"Karena memang dikasih kesempatan untuk berunding. Dan mudah-mudahan sebelum 1 September sudah selesai. Kan masih banyak yang akan kita usahakan untuk lebih bagus. Contohnya yang tadi ya, barang-barang yang tidak diproduksi (oleh AS)," jelas Budi.
Baca juga: Tarif Trump Bikin Harga Kopi hingga Teh Naik, Bisnis Kecil di AS Menjerit
Menurutnya, pengalaman sebelumnya menunjukkan Indonesia bisa mendapatkan pengurangan tarif signifikan.
"Yang dulu (ketentuan tarif awal) 32 persen. Setelah 32 kan ditunda 3 bulan. Ya karena 3 bulan kan berlaku 10 persen kan. Artinya di 3 bulan itu kan ada proses negosiasi terus. Akhirnya dapat 19 kan (tarif impor)," ungkap Budi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang