KOMPAS.com - Kopi sangat erat dengan keseharian warga Dusun Tebat Benawa, Kelurahan Penjalang, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.
Terlebih Dusun Tebat Benawa terletak berdampingan dengan Hutan Adat Mude Ayek Tebat Benawa, yang merupakan hutan adat pertama di Sumsel.
Hampir setiap halaman rumah warga dapat dijumpai biji-biji kopi yang sedang dikeringkan. Orang Pagar Alam menyebutnya "Kawe" atau dalam bahasa Arab "Qahwa" artinya kopi.
Dari kopi juga menjadikan warga Dusun Tebat Benawa memiliki semangat menjaga hutan adat secara bersama-sama.
Sejak puluhan tahun lalu, perkebunan kopi yang berada di selatan Hutan Adat Mude Ayek Tebat Benawa ini seperti menjadi penjaga agar batas hutan warisan keturunan puyang (leluhur) ini tetap lestari dan dilindungi.
Kopi tidak hanya menjadi minuman kegemaran para pria, bahkan ibu-ibu di bumi besemah juga hobi minum dan mengolah kopi hasil panen mereka sendiri.
Baca juga: 7 Fakta Kota Pagar Alam yang Dicanangkan Sebagai Kota Energi Hijau
Dalam kesehariannya, saat para pria pergi berangkat berkebun kopi, perempuan Dusun Tebat Benawa juga berkontribusi tidak hanya untuk dapur rumah tangga mereka, tapi juga pengolahan kopi dengan lebih kreatif.
Surainah (54), salah satu ibu-ibu yang giat mengajak perempuan Tebat Benawa untuk mengolah kopi tidak hanya dijual ke tengkulak saja.
Hingga sejak tahun 2018, perempuan Tebat Benawa mulai terbuka untuk mengolah kopi tidak secara sekedar panen dan menjual biji saja, kini ingin produk kopi mereka dikenal masyarakat luas.
"Kami punya satu kesamaan, ibu-ibu di sini ingin kopi Tebat Benawa lebih maju lagi," ujarnya.
Setelah itu mereka banyak mengikuti banyak pembinaan pemberdayaan masyarakat membuat kerajinan, kreasi dari kopi dan hasil tani lainnya yang bisa menjadi nilai jual lebih tinggi.
Tahun ini Surai dan ibu-ibu Tebat Benawa semakin bersemangat, karena adanya bantuan creating shared value (CSV) atau program nilai bersama dari PT Pusri membuat Program Kopi Tebat Benawa dengan membentuk Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Hutan Adat Mude Ayek Tebat Benawa.
Baca juga: Petani di Banjarnegara Mulai Kembangkan Cascara, Teh dari Kulit Buah Kopi
"Kegiatan kami di sini tidak lagi hanya panen kopi kemudian dijual, tapi mulai belajar bagaimana biji kopi dapat diolah menjadi produk lain, seperti sabun dari ampas kopi, body oil aroma kopi, makanan ringan hingga kerajinan bambu yang selama ini banyak dijumpai di sekitar perkebunan kopi," ujar Surainah, yang juga sekaligus Ketua KUPS Hutan Adat Mude Ayek Tebat Benawa.
Ada sekitar 30 perempuan yang ikut tergabung dalam program ini. Mereka dibina dengan diberikan pelatihan pengolahan pascapanen kopi dan produk turunan, alat serta perlengkapan produksi yang mereka butuhkan.
Tidak hanya itu, PT Pusri juga membuat Green House atau tempat penjemuran kopi bersama dan merenovasi Rumah Produksi Kopi Ringkeh Kups Mude Ayek Tebat Benawa.