LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Uskup Labuan Bajo, Monsinyur Maksimus Regus mengeluarkan Surat Gembala Prapaskah/Paskah 2025 pada Jumat (4/4/2025) yang isinya menyinggung soal proyek geothermal di wilayah Flores.
Uskup Maksimus mengungkapkan bahwa dalam semangat Surat Pastoral FABC (2025), para Uskup Provinsi Gerejawi Ende beberapa waktu lalu telah menegaskan penolakan terhadap eksploitasi energi geothermal di Pulau Flores.
Geothermal memang disebut sebagai energi terbarukan, tetapi dalam konteks Flores, eksplorasi ini justru mengancam keseimbangan ekologis dan ruang sosial-budaya masyarakat.
"Wilayah kita kecil dan rapuh secara ekologis. Jika eksploitasi sumber daya dilakukan tanpa batas, maka akan timbul kerusakan lingkungan, hilangnya sumber pangan, dan terkikisnya harmoni sosial. Oleh karena itu, kami menegaskan kembali sikap Gereja untuk menolak eksploitasi geothermal dan mendorong pemerintah untuk mencari alternatif energi yang lebih ramah lingkungan, seperti tenaga surya," ujar Mgr Maksimus dalam surat gembala yang salinannya diterima Selasa (8/4/2025).
Baca juga: Keuskupan Agung Ende Tolak Proyek Geotermal di Ngada dan Ende
Uskup Maksimus juga menyinggung pertobatan ekologis.
Pertobatan ekologis bukan sekadar konsep rohani semata, tetapi panggilan nyata bagi setiap umat beriman.
Paus Fransiskus dalam Laudate Deum (2023) menegaskan bahwa pertobatan ekologis menuntut perubahan gaya hidup, solidaritas sosial, dan keterlibatan dalam aksi nyata.
Gereja sinodal mesti mewujud dalam terbangunnya kesadaran bersama dalam menggagas dan membumikan pertobatan ekologis.
Uskup Maksimus mengatakan, Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai kawasan pariwisata unggulan.
Namun, industri pariwisata ini hanya dapat berkembang jika didukung oleh ekosistem yang sehat dan berkelanjutan.
Jika pembangunan tidak memperhitungkan keseimbangan ekologis, sektor pariwisata justru akan menghadapi ancaman serius.
"Pariwisata yang mengabaikan kelestarian alam akan membawa bencana, baik dalam bentuk kerusakan lingkungan, meluasnya ketidakadilan ekonomi, maupun konflik sosial. Dalam konteks pariwisata, orientasi profitisasi ekonomis semata, tanpa memperkuat basis keberlanjutan ekologis, hanya akan mempersiapkan bahaya bagi generasi masa depan," ucap Mgr Maksimus.
Baca juga: Limbah Geotermal di Ngada NTT Cemari Air Minum dan Sawah, Warga Tuntut Hentikan Pengeboran
Menurut dia, keindahan alam Flores dan Labuan Bajo bukanlah hasil usaha manusia, melainkan berkah istimewa dari Tuhan.
Namun, kerakusan dan ketiadaan solidaritas sosial dapat mengubah berkah ini menjadi bencana ekologi dan sosial.
Oleh karena itu, menurut dia, semua pihak harus memperlihatkan tanggung jawab merawat dan menjaga keseimbangan ekologis demi generasi mendatang sebagai bagian dari budaya dan etika kehidupan yang lahir dari semangat Prapaskah dan Paskah 2025.
Ia pun mengajak agar menolak beban eksploitasi sumber daya yang tidak seimbang bagi wilayah kecil seperti Flores, yang justru mengancam masa depan generasi kita.
Kemudian, menolak eksploitasi energi dan sumber daya alam tanpa batas, termasuk rencana eksplorasi dan eksploitasi geothermal, karena dampaknya dapat merusak keseimbangan ekologis di daerah yang kecil sekaligus berdampak pada suasana sosial budaya.
Baca juga: Jangankan di Banten, Kami Menolak Geothermal di Mana Pun
Selain itu, mengajak agar mendukung penuh usaha dan langkah pemerintah daerah dalam memperjuangkan keadilan ekonomi bagi masyarakat lokal dari keuntungan industri pariwisata.
Mengajak semua pihak untuk menjaga lingkungan hidup dengan tindakan konkret, seperti mengurangi sampah, menanam pohon, menjaga sumber air, dan aksi-aksi ekologis lainnya serta mengedukasi generasi muda agar memiliki kesadaran ekologis yang tinggi.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini