JAKARTA, KOMPAS.com - Jelang perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur (Mid-Autumn Festival), JW Marriott Hotel Jakarta merilis pilihan hamper mooncakes 2025.
Festival Pertengahan Musim Gugur merupakan perayaan tradisional China yang jatuh setiap tanggal 15 bulan 8, sesuai penanggalan tradisional China. Tahun ini, perayaan yang identik dengan aktivitas menyantap kue bulan tersebut jatuh pada awal Oktober 2025.
“Koleksi mooncake tahun ini mencerminkan penghormatan kami terhadap warisan budaya sekaligus menunjukkan keahlian kuliner luar biasa dari tim kami," kata Director of Culinary JW Marriott Hotel Jakarta, Chef Gyula Harangi, dalam acara pertemuan media, Jumat (2/7/2025).
Baca juga: Apa Itu Perayaan Kue Bulan yang Dirayakan Orang Tionghoa?
Baca juga: Cara Simpan Pasta Lotus untuk Isian Kue Bulan, Jangan Taruh Kulkas
Restoran Chinese food di JW Marriott Hotel Jakarta, Pearl Chinese Restaurant, juga menyediakan opsi mooncake rendah gula bagi para pelanggan.
"Untuk menikmati mooncake, penyajiannya bisa disesuaikan dengan selera. Bisa dipotong menjadi dua, empat, delapan, hingga 16 bagian, sesuai selera," ujar Executive Chinese Chef JW Marriott Hotel Jakarta, Goh Chin Yan, kepada Kompas.com.
Umumnya, kata Chef Goh, masyarakat China menikmati potongan kue bulan dengan segelas teh hangat sambil bersantai.
Baca juga: Cara Membuat Kue Bulan Homemade untuk Imlek
Festival Pertengahan Musim Gugur juga dikenal dengan perayaan Festival Kue Bulan, merujuk pada sajian spesial yang selalu hadir di tengah acara tahunan ini.
Dilaporkan Kompas.com pada Selasa (21/9/2021), Festival Kue Bulan juga rutin dirayakan oleh masyarakat keturunan China di Indonesia.
Kue bulan disebut tiongciupia di Indonesia. Tiong berarti tengah, ciu berarti musim gugur, dan pia adalah nama jenis kue yang berbentuk bulan dan memiliki isian.
Sejarah perayaan Festival Kue Bulan berkaitan erat dengan legenda yang terjadi ribuan tahun lalu. Saat itu, dikisahkan dunia disinari oleh 10 matahari hingga manusia merasa kepanasan karena begitu banyak matahari yang menyinari bumi.
“Kisar Yao yang memerintah sekitar 2.000 tahun lalu, memerintahkan seorang pemanah ulung bernama Hou Yi untuk memanah matahari itu supaya tidak terlalu panas. Dengan keahliannya, Hou Yi berhasil menjatuhkan sembilan matahari,” kata Guru Besar Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Hermina Sutami.
Baca juga: Apakah Kue Bulan Tradisional Selalu Mengandung Minyak Babi?
Setelah tersisa satu matahari, sang kaisar meminta Hou Yi untuk berhenti memanah. Sebab bila matahari tersebut dipanah juga, maka bumi akan gelap. Sejak itu, konon kenapa saat ini hanya ada satu matahari. Atas jasa Hou Yi, sang kaisar menghadiahkan sebuah pil panjang umur.
Setelah itu, Hou Yi menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Chang E. Chang E melihat bahwa suaminya terkesan selalu menyembunyikan sesuatu. Namun, Hou Yi tidak mau memberitahukan apa pun.
“Pada suatu hari ia berhasil menemukan benda berupa pil. Tanpa tahu apa akibatnya, Chang E menelan itu," ujar Hermina.
Setelah itu, tubuh Chang E perlahan-lahan terbang naik ke bulan, tidak dapat kembali lagi ke bumi. Sejak peristiwa ini lah perayaan Festival Kue Bulan dilaksanakan untuk memperingati perginya sosok Chang E ke bulan. Itu sebabnya, kue yang dibuat juga memiliki bentuk menyerupai bulan.
Umumnya, gambaran sosok Chang E terdapat pada kemasan kue bulan, yakni sesosok bidadari terbang dengan selendang melayang. Sampai saat ini orang-orang China berusaha tetap mengingat sosok Chang E lewat Perayaan Kue Bulan.
Baca juga: Kemasan Kue Bulan yang Dapat Menjadi Lentera
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini