JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia akan menandatangani kesepakatan dagang senilai 34 miliar dollar AS (sekitar Rp 560 triliun) dengan mitra bisnis di Amerika Serikat (AS) pada Senin (7/7/2025) untuk mendorong peningkatan impor dari Washington.
Langkah ini diambil demi menghindari pengenaan tarif tinggi menjelang tenggat negosiasi pada 9 Juli mendatang, yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Kesepakatan ini mencakup rencana peningkatan impor bahan bakar dari AS serta investasi oleh perusahaan Indonesia di sektor energi dan pertanian di Negeri Paman Sam.
Baca juga: Trump Ancam Naikkan Tarif Impor jika Negara Mitra Tak Nego dengan Iktikad Baik
“Ini menunjukkan bahwa pemerintah, regulator, BUMN, dan swasta bersatu dalam merespons pengenaan tarif resiprokal oleh AS,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Kamis (3/7/2025).
Diketahui, Indonesia saat ini menghadapi ancaman tarif masuk hingga 32 persen di pasar AS.
Untuk meredam dampaknya, Jakarta berupaya menyeimbangkan neraca perdagangan dengan meningkatkan pembelian produk dari AS.
Pada 2024, Indonesia mencatat surplus perdagangan barang sebesar 17,9 miliar dollar AS (sekitar Rp 289 triliun) terhadap Washington, menurut data Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR).
Airlangga menambahkan, pemerintah berharap kesepakatan ini dapat membuka jalan menuju perjanjian dagang yang lebih baik, bahkan dibandingkan kesepakatan yang baru saja dicapai antara AS dan Vietnam.
Sebagai informasi, pada Rabu lalu AS mengumumkan akan menurunkan tarif terhadap sejumlah ekspor Vietnam menjadi 20 persen dari yang semula direncanakan 46 persen oleh Presiden Donald Trump pada April lalu.
Baca juga: Perang Dagang AS dan China Mereda Usai Sepakati Tarif Baru, Siapa Pemenangnya?
Di luar kesepakatan perdagangan tersebut, maskapai pelat merah Garuda Indonesia juga tengah menjajaki pembelian hingga 75 unit pesawat dari Boeing.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, usai bertemu Menko Airlangga.
Pesawat yang dipertimbangkan termasuk Boeing 737 Max 8 dan 787 Dreamliner. Namun, belum jelas apakah rencana pembelian pesawat ini akan dimasukkan dalam paket negosiasi tarif antara Indonesia dan AS.
Garuda sendiri masih berjuang pulih dari dampak pandemi Covid-19. Pada Juni lalu, maskapai ini menerima pinjaman sebesar 405 juta dollar AS (sekitar Rp 6 triliun) dari Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau sovereign wealth fund Indonesia, Danantara, untuk mendukung kegiatan perawatan dan perbaikan armada.
Baca juga: Australia Pertimbangkan Gugat Tarif Trump di WTO, Ini Sebabnya
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini