JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengungkapkan alasan proyek Tol Gilimanuk-Mengwi tak kunjung dibangun.
Pasalnya, ungkap Dody, kepadatan lalu lintas di Pulau Dewata tidak terjadi di trase Tol Gilimanuk-Mengwi.
Akibatnya, para investor merasa tidak tertarik dengan Proyek Strategis Nasional (PSN) ini.
Baca juga: Setahun Prabowo-Gibran, Ini Lima Ruas Tol Baru yang Beroperasi
"Tol Gilimanuk-Mengwi itu enggak banyak investor yang tertarik karena ramai traffic bukan di situ, jadi masih banyak diskusi makanya yang saya bilang ini masih proses," kata Dody dalam media gathering di kantornya, Jakarta Selatan, Jumat (31/10/2025).
Sementara saat ini, proges proyek tersebut masih due diligence atau pengkajian ulang secara menyeluruh terhadap suatu bisnis.
"Tapi ini yang kemarin sudah kita lempar ke benerapa investor jalan tol," ujarnya.
Tol Gilimanuk-Mengwi menjadi kunci penting untuk mengembangkan wilayah Bali bagian barat dan utara yang selama ini kurang terakses.
Tol Gilimanuk-Mengwi menjadi sorotan karena menjadi satu-satunya PSN jalan tol di luar Jawa dan Sumatera yang belum beroperasi, bahkan belum memasuki tahap konstruksi.
Baca juga: Mudik Aman saat Musim Hujan, Pemerintah Siapkan Papan Informasi Cuaca di Jalan Tol
Proyek ini memiliki sejarah dramatis, sempat melaksanakan groundbreaking (peletakan batu pertama) secara meriah pada September 2022.
Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Tol Jagat Kerthi Bali, yang ditunjuk menggarap proyek ini dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), akhirnya menyatakan mundur.
Menurut Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Rachman Arief Dienaputra, proyek Tol Gilimanuk-Mengwi menghadapi tantangan besar karena membutuhkan Dukungan Konstruksi (Dukon) yang besar dari pemerintah.
Dukon adalah suntikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menanggung sebagian risiko atau biaya konstruksi.
Baca juga: Daftar Rest Area Jalan Tol Jakarta-Surabaya, Lengkap dengan Tipenya
Kebutuhan Dukon yang besar mengindikasikan bahwa proyek ini dinilai kurang layak secara finansial (tidak ekonomis) bagi investor swasta murni, sehingga APBN harus turun tangan untuk membuatnya menarik dan feasible.
Kendati nasibnya belum pasti, Rachman Arief mengisyaratkan bahwa keputusan melanjutan proyek sangat bergantung pada kebutuhan strategis nasional.
"Sekarang tiba-tiba misal dari pemerintah merasa itu dibutuhkan karena dukungan buat bandara di Bali utara atau pengembangan kawasan di Bali jadi butuh, bisa jadi kan," paparnya, dikutip dari Kompas.com, Minggu (19/10/2025).
Sinyal ini menunjukkan bahwa Tol Gilimanuk-Mengwi mungkin akan "dihidupkan kembali" jika pemerintah serius menggarap proyek infrastruktur besar di Bali Utara, seperti Bandara Internasional Baru.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang