Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah APACE, Angkutan Gratis yang Bikin Sopir dan Pelajar Ceria

Kompas.com - 03/11/2025, 07:23 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang dikenal dengan julukan Kota Seribu Sungai, kini sedang menulis babak baru dalam sejarah transportasi publiknya.

Di tengah tantangan kemacetan dan matinya angkutan kota konvensional, Pemerintah Kota Banjarmasin memilih jalan yang unik.

Kota ini memulai revolusi angkutan umum modern, Trans Banjarmasin, justru dari segmen yang paling rentan, para pelajar.

Baca juga: Jalan Berat Sektor Transportasi, Evaluasi Kritis Setahun Prabowo-Gibran

Inilah kisah tentang Angkutan Pelajar Ceria (APACE) dan Angkutan Pelajar Disabilitas (APDI), dua program angkutan gratis yang tidak hanya menjamin keamanan anak sekolah, tetapi juga menjadi cikal bakal sistem transportasi massal yang komprehensif.

Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI Pusat Djoko Setijowarno menuturkan, APACE adalah inisiatif berani Pemerintah Kota Banjarmasin melalui Dinas Perhubungan (Dishub) untuk menyediakan layanan antar jemput gratis bagi pelajar.

Program yang lahir pada 1 Oktober 2018, ini bukan sekadar subsidi, melainkan sebuah strategi revitalisasi angkutan kota yang cerdas.

Tujuan APACE berdiri di atas tiga pilar utama, keamanan dan kenyamanan pelajar dengan emastikan pelajar berangkat dan pulang sekolah dengan aman, tanpa biaya.

Baca juga: Pakar Transportasi Setuju Tiang Monorel Dibongkar, Sampah Visual Jakarta

Menghidupkan kembali "Taksi Kota" (angkot kuning) yang mati suri dengan merekrut sopir dan armadanya.

APACE diposisikan sebagai "laboratorium" dan fondasi awal sebelum meluncurkan angkutan umum modern skala besar.

Strategi Inklusif yang Cerdas

Pada tahun 2019, Dishub menambahkan 2 unit armada, namun yang menarik adalah penggunaan angkutan umum yang sudah ada.

Strategi ini sangat krusial agar tidak menimbulkan gejolak dengan para sopir angkot, sebuah pelajaran penting dalam transisi transportasi publik.

Dampak program ini terasa dua arah: Pelajar merasa aman, dan para sopir angkot yang direkrut mendapat kepastian pendapatan dengan insentif Rp 175.000 per hari, dan tidak perlu menombok biaya BBM lagi.

Baca juga: Pengamat Khawatir MBG Korbankan Anggaran Infrastruktur-Transportasi

"Program ini menciptakan simbiosis antara kesejahteraan mikro dan visi transportasi makro," ujar Djoko, kepada Kompas.com, Senin (3/11/2025).

Sejak diluncurkan, APACE terus bertumbuh, dari 10 trayek di awal menjadi 15 unit armada yang melayani total 57 sekolah hingga Maret 2025. Jumlah penumpang harian pun terus meningkat, dari 325 di tahun 2022 menjadi 477 penumpang per hari di tahun 2024.

Langkah inovatif Banjarmasin tidak berhenti pada pelajar umum. Sejak tahun 2019, diluncurkan APDI, sebagai indikator nyata bahwa Banjarmasin serius dalam membangun kota yang inklusif.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau