Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Sindikat Perdagangan Bayi ke Singapura, Dokumen Resmi Dipalsukan di Pontianak

Kompas.com - 17/07/2025, 14:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com – Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat terus mengembangkan penyidikan terhadap kasus perdagangan bayi lintas negara yang melibatkan sindikat besar.

Dalam perkembangan terbaru, penyidik mengungkap bahwa motif utama orang tua menjual bayinya kepada sindikat ini adalah karena tekanan ekonomi.

“Keterangan dari salah satu korban menyebutkan motifnya karena faktor ekonomi,” ungkap Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar, Kombes Pol Surawan, Rabu (16/7/2025).

Surawan menjelaskan bahwa pihaknya hingga kini belum berhasil mengidentifikasi seluruh orang tua dari bayi-bayi yang berhasil diamankan. Penelusuran terhadap asal-usul para bayi serta motif masing-masing orang tua masih terus dilakukan.

“Kami masih menelusuri asal bayi-bayi itu, siapa orang tuanya, dan apa motifnya,” ujarnya.

Baca juga: 24 Bayi Nyaris Dijual ke Singapura, Polisi Didesak Usut Sindikatnya

Dokumen Resmi Dipalsukan di Pontianak

Fakta baru yang cukup mengejutkan terungkap dalam pengembangan kasus ini. Bayi-bayi yang akan dikirim ke luar negeri terlebih dahulu dibuatkan dokumen resmi seperti akta kelahiran, kartu keluarga, dan paspor di wilayah Pontianak, Kalimantan Barat.

“Yang jelas, di sana (Pontianak) menjadi tempat pembuatan dokumen-dokumen. Bayi-bayi itu dimasukkan ke dalam Kartu Keluarga orang lain, lalu dibuatkan dokumen keimigrasian termasuk paspor,” jelas Surawan.

Satu orang tersangka baru pun berhasil diamankan dalam pengungkapan ini. Tersangka berinisial Y, seorang perempuan warga negara Indonesia, ditangkap saat tiba di Tanah Air.

“Kami telah mencekal yang bersangkutan. Dia kembali ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta dan diamankan oleh pihak imigrasi semalam,” kata Surawan.

Baca juga: Enam Bayi Diselamatkan dari Sindikat Perdagangan Orang, Begini Kondisinya

Bayi Dijual untuk Diadopsi, Bukan Target Penjualan Organ

Menanggapi spekulasi bahwa sindikat ini terlibat dalam penjualan organ tubuh bayi, polisi menegaskan bahwa hingga saat ini belum ditemukan indikasi ke arah sana.

“Rata-rata keterangan dari para tersangka menyebutkan bayi-bayi itu dijual untuk diadopsi. Belum ditemukan indikasi penjualan organ,” tegas Surawan.

Kasus ini awalnya terungkap setelah salah satu orang tua bayi melapor kepada polisi bahwa anaknya telah diculik. Namun, hasil penyelidikan membuktikan bahwa bayi tersebut hendak dijual, tetapi belum sempat dibayar oleh sindikat.

“Ini sebenarnya kasus penjualan bayi, tapi karena belum dibayar, orang tuanya justru melaporkan seolah-olah bayinya diculik,” imbuhnya.

Baca juga: Sindikat Penjualan Bayi ke Singapura Terbongkar, Diduga Ada Oknum Dukcapil Terlibat

Terorganisasi Sejak 2023, Bayi Diadopsi Ilegal di Singapura

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Jules Abraham Abast mengungkapkan bahwa aksi jual beli bayi oleh sindikat ini telah berlangsung sejak 2023. Sebanyak 25 bayi telah menjadi korban dalam praktik keji ini.

Modus operandi sindikat adalah merekrut bayi sejak dalam kandungan. Setelah bayi lahir, mereka diserahkan ke sejumlah penampung yang juga menjadi tersangka, yakni M, Y, W, dan J.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Tasikmalaya Salah Satu Wilayah dengan Curah Hujan Tertinggi di Indonesia pada Awal November 2025
Jawa Barat
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Waduk Mrica Banjarnegara Catat Curah Hujan Tertinggi, BMKG Klaim Upaya Modifikasi Cuaca Berhasil
Jawa Tengah
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026
Jawa Barat
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Uji Coba WFH ASN Jabar Dimulai November 2025, Target Efisiensi Operasional hingga 20 Persen
Jawa Barat
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
Banten
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Mahasiswa Dikeroyok hingga Tewas di Masjid Agung Sibolga, 5 Pelaku Seret dan Injak Korban Terekam CCTV
Sumatera Utara
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Sidang Kasus Penganiayaan Prada Lucky Namo: Peran Letnan Ahmad Faisal Diperiksa
Jawa Timur
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan 2025 Lebih Lama, Bisa Berlangsung hingga Februari 2026
Sumatera Selatan
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Daftar 15 Golongan Orang yang Bisa Naik MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis
Jawa Barat
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Setelah Tambang Ditutup, Dedi Mulyadi Beri Dana Kompensasi ke 9.300 Warga Bogor yang Terdampak
Jawa Barat
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan 3 November 2025: Berawan di Beberapa Wilayah
Sulawesi Selatan
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Harga Emas Antam Turun Rp 12.000 di Awal November, Simak Pecahan dan Buyback Terbarunya
Kalimantan Barat
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Tanda Duka Pakubuwono XIII Wafat, Keraton Yogya Tiadakan Pentas dan Tak Bunyikan Gamelan
Jawa Tengah
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Kala Jokowi dan Gibran Melayat Raja Keraton Solo PB XIII
Jawa Tengah
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
BMKG Bersama BNPB Lakukan Modifikasi Cuaca untuk Redam Hujan Ekstrem di Jawa
Banten
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau