Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duka Irma di Kuningan, Bayi yang Ditunggu 7 Tahun Meninggal Diduga RS Lalai

Kompas.com - 12/07/2025, 18:15 WIB
Khairina

Editor

KOMPAS.com-Hati Irmawati hancur. Warga Kuningan, Jawa Barat, ini kehilangan bayi pertama yang telah ia nantikan selama tujuh tahun pernikahan.

Dugaan kelalaian rumah sakit membuat Irma merasa diterlantarkan. Kini, bersama pengacara Hotman Paris, ia mencari keadilan atas kehilangan buah hatinya.

Peristiwa bermula pada Sabtu (14/6/2025) malam saat Irma mengalami pecah ketuban di rumah. Oleh bidan setempat, ia segera dirujuk ke RSUD di Kuningan, Jawa Barat.

Baca juga: UGM Berduka, 2 Mahasiswa Meninggal akibat Perahu Terbalik saat KKN di Maluku Tenggara

 

Namun, setibanya di rumah sakit, tak satu pun dokter datang. Menurut pengakuan Irma dan tim pengacara, bahkan dokter jaga tidak terlihat, apalagi dokter kandungan yang tidak hadir karena hari itu bertepatan dengan akhir pekan.

“Ketuban terus-menerus keluar sampai, katanya, petugas kebersihan sampai harus membersihkan air ketuban berkali-kali. Namun, malam itu tidak ada satu pun dokter yang datang,” ujar Hotman Paris dalam konferensi pers di Jakarta Utara, Sabtu (12/7/2025).

Irma bercerita, begitu tiba di instalasi gawat darurat (IGD), ia langsung dipindahkan ke ruang rawat inap tanpa penjelasan.

Padahal, sejak awal kehamilan, dokter kandungan sudah mengetahui ia memiliki penyakit autoimun yang membuatnya tidak memungkinkan melahirkan secara normal.

“Jadi, sejak awal kehamilan, dokter sudah tahu bahwa saya punya autoimun, dan sudah langsung bilang, ‘Ini enggak bisa lahiran normal, harus sesar’,” kata Irma.

Baca juga: Dokter IDI: Menjemur Bayi Tidak Bisa Menyembuhkan Penyakit Kuning

Meski begitu, tindakan operasi tidak segera dilakukan. Irma bahkan sempat dijanjikan akan dioperasi pada Minggu pukul 05.00 WIB. Namun, janji itu tak ditepati.

“Sudah ditunggu sampai jam 05.00 WIB di hari Minggu, tapi tetap enggak datang,” tutur Irma.

Selama dua hari, Irma dan keluarganya terus menanyakan ke perawat dan petugas rumah sakit. Namun, yang dilakukan hanya pemeriksaan pembukaan dan pemberian obat pereda nyeri.

“Dicek pembukaan padahal dari awal dokter sudah tahu kalau saya punya autoimun dan tidak memungkinkan untuk lahir normal. Jadi harusnya langsung sesar, bukan malah dicek pembukaan segala,” ujarnya.

Baca juga: Video Bayi Dibanting di Kendari Viral di Media Sosial, Siapa Pelakunya?

Baru pada Senin (16/6/2025) pukul 07.00 WIB, dokter kandungan datang dan memeriksa Irma. Saat itulah diketahui bahwa bayi dalam kandungannya sudah meninggal, tak ada lagi gerakan.

“Saya di sini cuma berharap, meminta keadilan buat anak saya, karena selama saya di rumah sakit saya merasa diterlantarkan. Bayi ini saya menunggunya tujuh tahun dari pernikahan,” ucap Irma, menahan tangis.

Hotman Paris mengatakan, pihaknya akan mengawal kasus ini untuk memastikan keluarga mendapatkan keadilan atas dugaan malapraktik yang terjadi.

Ia bersama suaminya didampingi tim pengacara Hotman 911, mengadukan dugaan malapraktik oleh RSUD setempat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ibu Kehilangan Bayi Usai Diabaikan RS di Kuningan Jabar, Ngadu ke Hotman Paris"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Menkeu Purbaya Sebut Pinjaman Pemerintah Pusat untuk Daerah Diberikan dengan Bunga 0,5 Persen
Sulawesi Selatan
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Pemakaman Pakubuwono XIII Tidak Dilakukan pada Selasa Kliwon, Pegiat Budaya Ungkap Alasannya
Jawa Tengah
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Apakah NIK KTP Anda Dipakai untuk Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengeceknya!
Jawa Timur
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Hak Tunjangan dan Pensiun Dicabut
Lampung
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
AHY Menunggu Arahan Presiden untuk Penyelesaian Utang Kereta Cepat Whoosh
Jawa Timur
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan 2025: Syarat Peserta dan Cara Cek Tunggakan
Kalimantan Barat
Bukan Sekadar Indah, Ini Fakta Unik Pantai Kelingking Nusa Penida yang Mirip T-Rex
Bukan Sekadar Indah, Ini Fakta Unik Pantai Kelingking Nusa Penida yang Mirip T-Rex
Jawa Timur
Cara Cek NIK Terdaftar Pinjol atau Judol, Cuma Lewat Hp
Cara Cek NIK Terdaftar Pinjol atau Judol, Cuma Lewat Hp
Kalimantan Barat
Syarat Pemutihan BPJS Kesehatan 2025, Ini Peserta yang Bisa Mengajukan
Syarat Pemutihan BPJS Kesehatan 2025, Ini Peserta yang Bisa Mengajukan
Banten
Profil Gusti Purbaya: Kandidat Utama Pengganti Takhta Pakubuwono XIII
Profil Gusti Purbaya: Kandidat Utama Pengganti Takhta Pakubuwono XIII
Jawa Tengah
Apakah Onadio Leonardo Akan Direhabilitasi Setelah Asesmen BNNP?
Apakah Onadio Leonardo Akan Direhabilitasi Setelah Asesmen BNNP?
Jawa Timur
Pemkot Ungkap Penyebab Banjir Kaligawe Lama Surut, Kini Prioritaskan Penanganan Warga Terdampak
Pemkot Ungkap Penyebab Banjir Kaligawe Lama Surut, Kini Prioritaskan Penanganan Warga Terdampak
Jawa Tengah
7 Fakta Polemik Lift Kaca Pantai Kelingking Nusa Penida yang Tuai Protes Warga
7 Fakta Polemik Lift Kaca Pantai Kelingking Nusa Penida yang Tuai Protes Warga
Jawa Timur
Inflasi di Jateng Naik 0,40 Persen pada Oktober 2025, Dipicu Lonjakan Harga Emas, Telur, dan Cabai
Inflasi di Jateng Naik 0,40 Persen pada Oktober 2025, Dipicu Lonjakan Harga Emas, Telur, dan Cabai
Jawa Tengah
Gusti Purbaya, Kandidat Kuat Pengganti Mendiang Pakubuwono XIII
Gusti Purbaya, Kandidat Kuat Pengganti Mendiang Pakubuwono XIII
Jawa Tengah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau