Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Menteri dan Politisi Malaysia Diperas dengan Video Seks Deepfake

Kompas.com - 16/09/2025, 20:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Sumber SCMP, Asia News

KOMPAS.com - Sebanyak 10 tokoh politik Malaysia menjadi target pemerasan melalui video seks deepfake.

Mereka diminta membayar tebusan sebesar 100.000 dollar AS (sekitar Rp 1,6 miliar). Jika tidak, rekaman palsu tersebut diancam akan disebarkan ke publik.

Sebagaimana dilansir South China Morning Post (SCMP), Senin (15/9/2025), Menteri Komunikasi Malaysia Fahmi Fadzil termasuk salah satu korban.

Selain Fahmi, ancaman serupa juga dialami mantan Menteri Ekonomi Rafizi Ramli, Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Adam Adli, serta anggota parlemen Wong Chen.

Ketiganya merupakan politisi Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang dipimpin Perdana Menteri Anwar Ibrahim.

Tidak hanya itu, Anggota Dewan Eksekutif Negara Bagian Kedah dari partai oposisi Gerakan, Wong Chia Zhen, juga masuk dalam daftar korban.

Menurut Fahmi, para politisi tersebut menerima ancaman melalui email. Pesan itu disertai kode QR untuk pembayaran serta tangkapan layar yang diyakini hasil rekayasa kecerdasan buatan (AI).

“Pemeriksaan menemukan email-email tersebut menggunakan kata-kata hampir identik dan menyertakan tangkapan layar serupa dari video yang diduga palsu. Semuanya dikirim dari alamat yang sama,” ujar Fahmi dalam pernyataan, Minggu (14/9/2025).

Fahmi menambahkan, pelaku bisa dijerat hukuman penjara hingga dua tahun. Kasus ini tercatat sebagai yang terbesar dalam sejarah Malaysia, dengan jumlah politisi terbanyak yang pernah menjadi target pemerasan dalam satu kampanye hitam.

Biasanya, pemeras hanya menyasar tokoh senior atau individu berpengaruh tertentu.

Baca juga: World Talent Ranking 2025: Indonesia Turun ke Posisi 53, Tertinggal dari Malaysia apalagi Singapura 

Modus deepfake kerap menyasar tokoh publik

Menurut Komisi Sekuritas Malaysia (SC), modus deepfake sering menyalahgunakan identitas tokoh publik maupun perusahaan besar agar terlihat kredibel.

Unggahan semacam itu biasanya dilengkapi tombol atau tautan “Pelajari Lebih Lanjut” yang mengarahkan korban ke laman pendaftaran, tempat mereka diminta menyerahkan data pribadi.

“Korban juga bisa diminta mengunduh aplikasi tertentu. Hal ini berisiko membuka akses bagi kejahatan siber,” jelas SC dalam pernyataan resminya yang dikutip Asia News (13/3/2025).

Untuk menuntaskan kasus ini, pemerintah Malaysia telah meminta bantuan Google guna menyelidiki pemerasan dengan video seks deepfake yang menargetkan pejabat dan anggota parlemen.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
Tren
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
Tren
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
Tren
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Tren
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau