Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daftar Raja Keraton Surakarta dari Masa ke Masa

Kompas.com - 02/11/2025, 11:15 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Kraton Surakarta berdiri setelah peristiwa Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.

Perjanjian Giyanti adalah peristiwa bersejarah yang menandai pecahnya Mataram Islam yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian di Desa Giyanti, Karanganyar, Jawa Tengah.

Peristiwa tersebut kemudian membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi dua kekuasaan, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Kasunanan Surakarta dipimpin oleh Sunan Pakubuwono III, sementara Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengkubuwono I.

Baca juga: Jejak Ki Anom Suroto, dari RRI Surakarta Bawa Wayang ke Lima Benua


Berikut ini sunan Keraton Surakarta sejak Sri Susuhunan Pakubuwono III, yang menyepakati Perjanjian Giyanti, hingga sekarang:

Sri Susuhunan Pakubuwono III (1755-1788)

Sri Susuhunan Pakubuwono III—memiliki nama kecil Raden Mas Suryadi—adalah raja Mataram terakhir sekaligus sunan pertama Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Pada 1749, Raden Mas Suryadi dilantik Belanda menjadi raja Mataram untuk menggantikan Pakubuwono II yang wafat karena sakit.

Sri Susuhunan Pakubuwono IV (1788-1820)

Sri Susuhunan Pakubuwono IV adalah putra Pakubuwono III yang lahir dengan nama Raden Mas Subadya.

Pakubuwono IV memerintah selama 32 tahun, hingga akhir hidupnya pada 2 Oktober 1820.

Baca juga: Apakah Malam 1 Suro Boleh Tidur? Ini Penjelasan Pihak Keraton Solo

Sri Susuhunan Pakubuwono V (1820-1823)

Pakubuwono V, raja Kasunanan Surakarta 1820-1823.Wikimedia Commons Pakubuwono V, raja Kasunanan Surakarta 1820-1823.

Lahir dengan nama Raden Mas Sugandi, Sri Susuhunan Pakubuwono V adalah putra Pakubuwono IV dan permaisuri KRAy. Handoyo.

Sebelum naik takhta menggantikan ayahnya, Raden Mas Sugandi lebih dulu diangkat menjadi putra mahkota bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara Ing Surakarta.

Sri Susuhunan Pakubuwono VI (1823-1830)

Sri Susuhunan Pakubuwono VI—Raden Mas Sapardan—adalah putra Pakubuwono V yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, serta turut ditangkap dan diasingkan ke Ambon.

Untuk menghargai jasanya, Pakubuwono VI telah dikukuhan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No. 294 Tahun 1964.

Baca juga: Perbedaan Tradisi Perayaan Malam 1 Suro di Keraton Jogja dan Solo

Sri Susuhunan Pakubuwono VII (1830-1858)

Setelah Pakubuwono VI diasingkan Belanda ke Ambon, takhta Kasunanan Surakarta pindah ke tangan pamannya, Sri Susuhunan Pakubuwono VII atau Raden Mas Malikis Solikin.

Halaman:


Terkini Lainnya
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Tren
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Tren
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Tren
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Tren
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Tren
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Tren
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Tren
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Tren
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Tren
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) 'Work from Everywhere'
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) "Work from Everywhere"
Tren
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Tren
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau