BANDUNG, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, hingga pertengahan tahun 2025, Jawa Barat mengalami 17.281 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Angka ini menempatkan Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia, penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Menanggapi situasi ini, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memberikan arahan khusus kepada Dinas Kesehatan untuk memperkuat upaya pencegahan.
Baca juga: Dedi Mulyadi Resmi Larang Knalpot Brong di Jawa Barat
Dedi menyadari bahwa masyarakat sering kali merasa tenang hanya setelah dilakukan pengasapan (fogging) di lingkungan mereka.
"Saya sudah instruksikan yang paling utama adalah aspek pencegahan. Kalau masyarakat kita belum di-fogging, mereka belum puas," ungkap Dedi saat ditemui di Gedung Sate, Kota Bandung, pada Selasa (26/8/2025).
Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana untuk menambah alokasi anggaran bagi kegiatan fogging, agar pelayanan kepada masyarakat, baik di desa maupun kota, dapat lebih maksimal.
"Walaupun sudah bersih-bersih, kalau tidak di-fogging, ya sudah. Nanti anggaran fogging-nya kita perbanyak," tambah Dedi.
Baca juga: Dedi Mulyadi Targetkan Infrastruktur Desa Rampung 2027, Desa Bakal Punya Saham Bank
Mantan Bupati Purwakarta tersebut menilai tingginya kasus DBD di Jawa Barat berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang besar.
Ia menegaskan, pencegahan melalui kebersihan lingkungan adalah faktor kunci untuk menekan angka kasus DBD.
"Karena memang kan pertama jumlah penduduk, jadi kalau di Jawa Barat misalnya kasusnya 17.000, ya penduduknya 54 juta. Kan rasionya begitu," ucap Dedi.
Dedi juga mengimbau masyarakat untuk memperbaiki perilaku menjaga kebersihan lingkungan.
Menurutnya, sampah yang berserakan dan air yang tergenang dapat menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk Aedes Aegypti.
"Sampah tidak boleh berantakan, air harus mengalir, kemudian masyarakat harus mulai peka terhadap lingkungan dan cepat jika ada gejala panas, segera dibawa ke rumah sakit," pungkasnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini