KOMPAS.com - Hipertensi atau istilah medis untuk tekanan darah tinggi sering tidak menimbulkan gejala dan keluhan apa pun pada penderitanya. Padahal, penyakit ini berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan ginjal.
Selain gaya hidup tidak sehat, riwayat dalam keluarga juga jadi faktor risiko hipertensi. Ini berarti jika ada anggota keluarga dekat yang mengidap hipertensi maka risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi juga lebih besar.
"Faktor risiko hipertensi ada dua jenis, yaitu yang bisa diubah dan tidak. Nah, faktor genetik atau riwayat hipertensi termasuk dalam faktor risiko hipertensi yang tidak bisa diubah, jika salah satu atau kedua orangtua kita juga hipertensi, kemungkinan besar menurun ke anak-anaknya," kata dr.Kristin Tjandara dari klinik Prodia Kramat Jakarta Pusat.
Menurut dr.Kristin, beberapa penelitian di dunia juga menunjukkan hubungan antara faktor genetik dalam kejadian hipertensi. Salah satunya adalah studi yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 2022 yang melibatkan 3070 peserta. Penelitian serupa di China yang melibatkan lebih dari 700.000 peserta juga menunjukkan faktor genetik memiliki komponen yang signifikan pada kejadian hipertensi.
Baca juga: Cek Apakah Anda Berisiko Alami Krisis Hipertensi?
"Faktor keturunan memang tidak bisa kita ubah, tapi ingat masih banyak faktor gaya hidup yang bisa kita kendalikan dan ini harus mulai jadi perhatian," paparnya dalam diskusi dengan media secara daring yang diadakan oleh Nutrifood (28/5).
Ia menjelaskan beberapa gaya hidup yang punya pengaruh besar pada kejadian hipertensi, misalnya saja kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman tidak sehat yang tinggi garam dan gula.
Kebiasaan kurang bergerak atau malas berolahraga juga berdampak besar pada kesehatan pembuluh darah.
"Jika berlangsung lama, kebiasaan kurang gerak akan mengubah fungsi organ kita, menjadi berat bebannya. Contohnya pada jantung karena kurang gerak peredaran darah menjadi lebih lambat, pompa jantung berat, karena tidak ada bantuan dari otot-otot tubuh, lama kelamaan terjadilah hipertensi," jelasnya.
Hipertensi sebenarnya mudah dideteksi dengan cara mengukur tekanan darah secara berkala. Jika tekanannya di atas batas normal, yaitu di atas 140/90 mmHg, segera konsultasikan ke dokter.
Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dengan mengatur asupan makanan, berhenti merokok, dan menurunkan berat badan, sangat membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, tekanan darah juga bisa dikontrol dengan obat-obatan resep dokter yang murah.
Baca juga: Apa Bahaya Tekanan Darah Tinggi Mencapai 180/120 MmHg? Ini Kata Dokter…
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini