Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Para Ibu Tunggal Afghanistan di Bawah Pemerintahan Taliban

Kompas.com - 18/06/2024, 19:12 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Sumber DW

FOUZIEH, seorang ibu tunggal dari anak laki-laki berusia lima tahun. Suaminya telah meninggalkannya dan anaknya setelah Taliban kembali berkuasa di Afghanistan pada Agustus 2021. Suaminya sangat takut akan pembalasan.

“Saya dulunya merupakan seorang polisi dan bekerja untuk pasukan keamanan nasional,” kata Fouzieh kepada DW. “Kami tinggal di Kabul saat Taliban datang. Suami saya meninggalkan kami. Saya harus pergi bersembunyi bersama anak laki-laki saya. Kami sudah dalam pelarian selama lebih dari satu tahun, berpindah setiap beberapa bulan dan tinggal dengan kerabat kami.”

Baca juga: Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, banyak mantan polisi dan tentara menghilang atau dieksekusi karena dianggap sebagai pengkhianat.

Fouzieh kini bekerja sebagai petugas kebersihan, satu-satunya pekerjaan terbaik yang bisa ia temukan, untuk menghidupi keluarganya. Fouzieh juga banyak mengandalkan dukungan dari para kerabatnya. Namun, kerabatnya sendiri sebenarnya juga tak bisa begitu banyak membantu Fouzieh. Perekonomian Afghanistan saat ini sedang berada dalam kehancuran.

Taliban Halangi Perempuan Berkembang

Setidaknya 90 persen populasi Afghanistan saat ini hidup dalam kemiskinan, menurut International Rescue Committee.

Lebih dari separuh penduduk – 28,8 juta dari total 40 juta – bertahan hidup dengan bergantung pada bantuan kemanusiaan. Selain itu, sekitar 95 persen penduduk Afghanistan juga dilaporkan tak memiliki cukup makanan.

Jumlah tersebut kian meningkat menjadi hampir 100 persen di rumah tangga yang dikepalai oleh seorang perempuan, menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada awal Taliban mengambil alih, mereka sebenarnya telah berjanji akan menghormati hak-hak perempuan dalam batas-batas syariah. Namun, kenyataannya di lapangan sama sekali tak sesuai dengan janji.

Taliban dengan segera memperkenalkan serangkaian undang-undang baru dan langkah-langkah politik yang justru menghalangi perempuan di seluruh negeri dari bekerja, memperoleh pendidikan, dan bahkan sekedar meninggalkan rumah tanpa mengenakan burka dari ujung kepala hingga ujung kaki atau setidaknya didampingi oleh kerabat laki-laki.

Data PBB menunjukkan bahwa sekitar 1,5 juta anak perempuan atau perempuan muda telah secara sistematis ditolak untuk mendapatkan pendidikan.

Nasib para ibu tunggal jauh lebih sulit lagi, kata seorang reporter Kabul, Azadeh Shirza, salah satu dari sedikit jurnalis perempuan Afghanistan yang masih bekerja di ibu kota. Ia dan beberapa koleganya yang tersisa saat ini sedang berupaya untuk memberikan para perempuan Afghanistan hak suaranya kembali.

“Saya sudah berbicara dengan setidaknya 50 ibu tunggal selama dua tahun terakhir ini,” katanya kepada DW. Di Kabul, “para ibu tunggal masih bisa bekerja secara rahasia – di dapur, di tempat jahit, salon atau pembersih.” Meski begitu, hal akan berbeda bagi para ibu tunggal yang tinggal di kota dan desa yang lebih kecil.

“Ketika semua orang mengenal semua orang, dan Taliban memiliki kendali penuh, bahkan (bekerja secara rahasia) pun tidak mungkin dilakukan. Para wanita bergantung pada belas kasihan kerabat mereka dan harus tunduk dan patuh. Banyak yang diperlakukan buruk dan seringkali dipaksa menikah untuk menjadi istri kedua atau ketiga seseorang.”

Perempuan Merasa seperti Dipenjara

Bagi para perempuan di Afghanistan, “semua rencana yang mereka miliki untuk masa depan telah hilang sepenuhnya akibat larangan pendidikan ini,” kata Heather Barr, direktur asosiasi hak-hak perempuan di Human Rights Watch kepada DW.

Para ibu tunggal yang tidak memiliki anak laki-laki atau kerabat laki-laki dewasa yang tinggal bersama dengan mereka hampir tak pernah pergi meninggalkan rumah karena tak memiliki perlindungan jika pergi keluar, ke depan umum.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau