Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Brad Sigmon Pilih Regu Tembak untuk Jalani Eksekusi Mati

Kompas.com - 09/03/2025, 04:17 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

COLUMBIA, KOMPAS.com - Brad Sigmon, seorang narapidana berusia 67 tahun asal Carolina Selatan, Amerika Serikat, memilih untuk dieksekusi dengan regu tembak daripada dihukum dengan suntikan mematikan atau kursi listrik.

Sigmon dihukum karena membunuh orang tua mantan pacarnya, David dan Gladys Larke, dengan menggunakan tongkat bisbol pada 2001.

Menurut laporan kantor berita AFP pada Sabtu (8/3/2025), eksekusi yang dilakukan pada Jumat (7/3/2025) ini merupakan yang pertama di Amerika Serikat dalam 15 tahun terakhir.

Baca juga: Beli Es Krim, Pria Ini Malah Temukan Ular Beku

Juru bicara penjara Carolina Selatan, Chrysti Shain, mengungkapkan, Sigmon dieksekusi oleh regu tembak yang terdiri dari tiga orang di Lembaga Pemasyarakatan Broad River di Columbia, ibu kota negara bagian tersebut.

Tembakan mematikan dilepaskan pada pukul 18.05 waktu setempat, dan Sigmon dinyatakan meninggal oleh seorang dokter pada pukul 18.08.

Wartawan yang menyaksikan eksekusi tersebut dari balik kaca antipeluru melaporkan, Sigmon mengenakan pakaian terusan hitam dengan tanda sasaran merah kecil di atas jantungnya dan diikat di kursi eksekusi.

Dalam pernyataan terakhir yang dibacakan oleh pengacaranya, Gerald "Bo" King, Sigmon menyampaikan pesan kasih dan menyerukan kepada sesama umat untuk membantu mengakhiri hukuman mati.

Setelah sebuah tudung dipasang di atas kepala Sigmon, regu tembak relawan dari Departemen Pemasyarakatan Carolina Selatan melepaskan tembakan dari jarak sekitar 5 meter.

Anna Dobbins dari stasiun TV WYFF News 4 melaporkan, tembakan dilepaskan secara bersamaan, menghasilkan suara yang seolah-olah hanya satu.

"Lengannya menegang. Itu sangat cepat dan saya melihat percikan darah ketika peluru menembus tubuhnya," ungkap Dobbins.

Sigmon, yang mengakui pembunuhan David dan Gladys Larke, telah meminta Mahkamah Agung untuk menunda eksekusi pada menit-menit terakhir, namun permintaan tersebut ditolak.

Baca juga: Paus Fransiskus Kini Jalani Fisioterapi di RS

Gubernur Carolina Selatan, Henry McMaster, juga menolak permohonan grasi yang diajukan oleh Sigmon.

"Kematian Sigmon sangat mengerikan dan penuh kekerasan," kata King dalam sebuah pernyataan.

"Tidak masuk akal bahwa pada tahun 2025, Carolina Selatan akan mengeksekusi salah satu warganya dalam tontonan berdarah ini," tambahnya.

Sigmon memiliki pilihan antara suntikan mematikan, regu tembak, atau kursi listrik.

Menurut King, Sigmon memilih regu tembak setelah merasa terjebak dalam posisi yang mustahil untuk menentukan cara kematiannya. "Jika kursi listrik akan membakar dan memasaknya hidup-hidup, tetapi alternatifnya sama mengerikannya," tuturnya.

King juga menekankan, memilih suntikan mematikan berisiko menyebabkan kematian yang berkepanjangan, seperti yang dialami oleh tiga orang yang dieksekusi di Carolina Selatan sejak September.

Eksekusi mati dengan regu tembak terakhir di Amerika Serikat terjadi di Utah pada 2010, sementara eksekusi di Carolina Selatan menjadi sorotan di tengah adanya perdebatan tentang hukuman mati.

Sejak Mahkamah Agung memberlakukan kembali hukuman mati pada 1976, sebagian besar eksekusi di AS dilakukan dengan suntikan mematikan.

Hingga saat ini, AS telah melaksanakan enam eksekusi pada 2025, setelah 25 eksekusi dilakukan pada tahun lalu.

Sebanyak 23 dari 50 negara bagian di AS telah menghapuskan hukuman mati, sementara tiga negara bagian lainnya, yaitu California, Oregon, dan Pennsylvania, memberlakukan moratorium.

Baca juga: 340 Pendukung Setia Assad Terbunuh oleh Pasukan Keamanan Suriah

Presiden AS, Donald Trump, merupakan pendukung hukuman mati dan menyerukan perluasan penerapan hukuman mati untuk kejahatan-kejahatan paling keji pada hari pertamanya menjabat.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau