Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Kenapa Rusia Sebut Vatikan Tak Layak Gelar Perundingan Damai Ukraina

Kompas.com - 27/05/2025, 17:13 WIB
Albertus Adit,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Sumber Reuters

MOSKWA, KOMPAS.com - Moskwa secara tegas menolak Vatikan sebagai lokasi potensial untuk perundingan damai Rusia-Ukraina.

Penolakan ini bukan tanpa alasan. Rusia menilai Vatikan kurang netral, baik karena posisinya sebagai pusat Gereja Katolik maupun lokasinya di Italia, negara anggota NATO dan Uni Eropa.

Tiga sumber senior Rusia yang memahami pandangan elite Kremlin mengungkapkan kepada Reuters bahwa Vatikan tidak dipandang sebagai kekuatan diplomatik yang serius.

Baca juga: Rusia Terus Rebut Desa-desa Ukraina, Zelensky Salahkan AS

"Vatikan jelas tidak terlihat di Rusia sebagai kekuatan serius yang mampu menyelesaikan konflik yang rumit seperti itu," kata salah satu sumber yang enggan disebut namanya karena sensitivitas isu ini, sebagaimana diberitakan Reuters pada Senin (26/5/2025).

Hambatan diplomatik dan logistik

Selain masalah netralitas, kendala logistik juga menjadi sorotan. Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022, penerbangan langsung dari Moskwa ke banyak negara Eropa, termasuk Italia, dibatalkan.

Ditambah lagi, sanksi Uni Eropa membatasi pergerakan banyak pejabat Rusia.

"Bagi sebagian besar pejabat senior Rusia, akan sangat sulit untuk pergi ke Vatikan dari Moskwa karena penerbangan langsung dibatalkan dan banyak sanksi berlaku terhadap mereka," ujar sumber lain.

Baik Kremlin maupun Vatikan hingga kini belum memberikan tanggapan resmi terkait isu ini. Pekan lalu, saat ditanya mengenai kemungkinan Vatikan menjadi tuan rumah perundingan damai, Kremlin menyatakan belum ada keputusan yang diambil.

Usulan paus dan sikap skeptis Rusia

Wacana peran Vatikan sebagai mediator perdamaian muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengusulkan Paus Leo XIV—paus pertama dari Amerika Serikat—sebagai fasilitator perundingan pasca-telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga mengonfirmasi kesediaan Paus Leo XIV untuk menjadi tuan rumah pembicaraan damai.

Namun, respons dari pihak Rusia cenderung skeptis. Seorang pejabat Rusia bahkan melontarkan komentar sarkastik, menyebut Den Haag sebagai lokasi yang "lebih baik" untuk perundingan damai.

Den Haag adalah markas Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin atas dugaan kejahatan perang. Surat perintah itu dianggap tidak sah dan sangat politis oleh Kremlin.

Baca juga: Rusia: Trump Emosi Berlebih Saat Sebut Putin Gila

Pertimbangan agama dan alternatif lokasi

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menilai ide menjadikan Vatikan sebagai lokasi perundingan perdamaian agak tidak elegan.

Alasannya, Rusia dan Ukraina didominasi oleh pemeluk Ortodoks Timur. Gereja Ortodoks Rusia adalah yang terbesar dalam komunitas Ortodoks Timur, yang memisahkan diri dari Gereja Barat dalam Skisma Akbar 1054.

Meskipun mayoritas warga Ukraina mengidentifikasi diri sebagai penganut Ortodoks Timur, dukungan terhadap Gereja Ortodoks Ukraina yang tidak berpihak pada Rusia meningkat tajam sejak pecahnya perang pada 2022, menurut data Institut Sosiologi Internasional Kyiv.

Alih-alih Vatikan, sumber-sumber Rusia menyarankan negara-negara seperti Turkiye, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Qatar, dan Oman lebih berpotensi menjadi tuan rumah perundingan damai.

Putin sendiri telah menyampaikan pujian atas peran negara-negara Teluk dan Turkiye dalam upaya mediasi konflik ini.

Baca juga: Rekor Terbanyak, Rusia Serang Ukraina dengan 355 Drone dalam Semalam

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau