MOSKWA, KOMPAS.com - Moskwa secara tegas menolak Vatikan sebagai lokasi potensial untuk perundingan damai Rusia-Ukraina.
Penolakan ini bukan tanpa alasan. Rusia menilai Vatikan kurang netral, baik karena posisinya sebagai pusat Gereja Katolik maupun lokasinya di Italia, negara anggota NATO dan Uni Eropa.
Tiga sumber senior Rusia yang memahami pandangan elite Kremlin mengungkapkan kepada Reuters bahwa Vatikan tidak dipandang sebagai kekuatan diplomatik yang serius.
Baca juga: Rusia Terus Rebut Desa-desa Ukraina, Zelensky Salahkan AS
"Vatikan jelas tidak terlihat di Rusia sebagai kekuatan serius yang mampu menyelesaikan konflik yang rumit seperti itu," kata salah satu sumber yang enggan disebut namanya karena sensitivitas isu ini, sebagaimana diberitakan Reuters pada Senin (26/5/2025).
Selain masalah netralitas, kendala logistik juga menjadi sorotan. Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022, penerbangan langsung dari Moskwa ke banyak negara Eropa, termasuk Italia, dibatalkan.
Ditambah lagi, sanksi Uni Eropa membatasi pergerakan banyak pejabat Rusia.
"Bagi sebagian besar pejabat senior Rusia, akan sangat sulit untuk pergi ke Vatikan dari Moskwa karena penerbangan langsung dibatalkan dan banyak sanksi berlaku terhadap mereka," ujar sumber lain.
Baik Kremlin maupun Vatikan hingga kini belum memberikan tanggapan resmi terkait isu ini. Pekan lalu, saat ditanya mengenai kemungkinan Vatikan menjadi tuan rumah perundingan damai, Kremlin menyatakan belum ada keputusan yang diambil.
Wacana peran Vatikan sebagai mediator perdamaian muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengusulkan Paus Leo XIV—paus pertama dari Amerika Serikat—sebagai fasilitator perundingan pasca-telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga mengonfirmasi kesediaan Paus Leo XIV untuk menjadi tuan rumah pembicaraan damai.
Namun, respons dari pihak Rusia cenderung skeptis. Seorang pejabat Rusia bahkan melontarkan komentar sarkastik, menyebut Den Haag sebagai lokasi yang "lebih baik" untuk perundingan damai.
Den Haag adalah markas Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin atas dugaan kejahatan perang. Surat perintah itu dianggap tidak sah dan sangat politis oleh Kremlin.
Baca juga: Rusia: Trump Emosi Berlebih Saat Sebut Putin Gila
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menilai ide menjadikan Vatikan sebagai lokasi perundingan perdamaian agak tidak elegan.
Alasannya, Rusia dan Ukraina didominasi oleh pemeluk Ortodoks Timur. Gereja Ortodoks Rusia adalah yang terbesar dalam komunitas Ortodoks Timur, yang memisahkan diri dari Gereja Barat dalam Skisma Akbar 1054.
Meskipun mayoritas warga Ukraina mengidentifikasi diri sebagai penganut Ortodoks Timur, dukungan terhadap Gereja Ortodoks Ukraina yang tidak berpihak pada Rusia meningkat tajam sejak pecahnya perang pada 2022, menurut data Institut Sosiologi Internasional Kyiv.
Alih-alih Vatikan, sumber-sumber Rusia menyarankan negara-negara seperti Turkiye, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Qatar, dan Oman lebih berpotensi menjadi tuan rumah perundingan damai.
Putin sendiri telah menyampaikan pujian atas peran negara-negara Teluk dan Turkiye dalam upaya mediasi konflik ini.
Baca juga: Rekor Terbanyak, Rusia Serang Ukraina dengan 355 Drone dalam Semalam
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini