Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Kembangkan Alternatif Minyak Sawit Ramah Lingkungan

Kompas.com - 22/08/2025, 16:30 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah menciptakan pengganti minyak sawit yang ramah lingkungan. Produk ini diperkirakan akan mulai dijual atau tersedia di pasaran pada akhir tahun 2025.

Temuan ini pun bisa menjadi cara untuk melindungi hutan dan mengurangi gas rumah kaca.

Minyak sawit dikenal sebagai produk yang bermasalah bagi lingkungan.

Produksi minyak-minyak ini membutuhkan lahan yang sama dengan hutan hujan, sehingga penggunaannya berkontribusi pada deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, emisi gas rumah kaca, dan pencemaran air dan udara di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.

Tapi di sisi lain, kita menggunakan banyak minyak sawit dalam makanan dan kosmetik.

Bahkan, diperkirakan bahwa sekitar setengah dari semua produk kemasan di rak supermarket mengandung minyak sawit, yang bisa terdaftar dengan puluhan nama bahan yang berbeda, termasuk gliserin hingga asam stearat.

Baca juga: Perambahan Ilegal, 500 Hektare Lahan Mangrove di Aceh Dibuka untuk Sawit

Jadi, selama lebih dari satu dekade, para ilmuwan di University of Bath yang dipimpin oleh seorang insinyur kimia bernama Prof. Chris Chuck telah mencari alternatif penggantinya.

Sekarang, seperti dikutip dari Science Focus, Jumat (15/8/2025) mereka tampaknya telah menemukan solusi yang memungkinkan, yaitu sejenis ragi yang disebut Metschnikowia pulcherrima.

Ragi yang tumbuh di anggur ini secara alami mengandung sekitar 20 persen lemak.

Akan tetapi tim peneliti menggunakan proses yang disebut evolusi terarah untuk mendorong peningkatan persentase tersebut.

"Sekarang sekitar setengahnya adalah lemak murni dan kami berhasil membuatnya tumbuh jauh lebih cepat," kata Chuck.

Untuk memproduksi minyak ini, tidak dibutuhkan lahan yang luas atau peralatan yang rumit, hanya sebuah tangki besar.

Ragi tersebut diberi makan limbah makanan seperti limbah dari pabrik roti atau kentang yang telah diuraikan menjadi gula.

Setelah ragi tersebut tumbuh hingga mencapai kepadatan maksimum, sel-selnya akan pecah dan melepaskan minyak. Minyak ini kemudian disaring dengan cara yang sama seperti penyaringan minyak makan lainnya.

Baca juga: Kepala BRIN: Perlu Inovasi Benih Sawit Berbasis Genomik, Industri Harus Terlibat

Setelah itu, setengah bagian dari ragi yang tidak mengandung minyak dapat diubah menjadi bahan makanan lain, seperti emulsifier alami dan beta-glukan, yaitu serat yang menyehatkan jantung dan biasanya ditemukan pada gandum.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau