JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bakal melakukan translokasi dua badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ke tempat khusus yakni Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA).
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menjelaskan program translokasi telah disiapkan selama lima tahun belakangan. Pihaknya melibatkan Yayasan Badak Indonesia (YABI), akademisi, dan ahli untuk memperbanyak populasi satwa dilindungi itu.
"Selama ini belum ada studi yang lebih serius karena memang mereka (badak) ada di alam liar," ungkap Raja Juli di kantornya, Jumat (29/8/2025).
"Termasuk di dalamnya nanti melakukan assertive reproductive technology, yang memungkinkan mereka berkembang biak dengan lebih cepat lagi ketika nanti kami sudah mendapatkan pengetahuan yang baik," imbuh dia.
Baca juga: Dari Pesut ke Badak, Bappenas Tekankan Nilai Ekonomi Biodiversitas
Selain itu, para ahli juga mengambil DNA dan menyimpan sperma badak jawa untuk pengembangbiakan di masa depan. Raja Juli menuturkan, sepasang badak yang ditranslokasi nantinya diangkut menggunakan alutsista TNI melalui jalur laut.
"Ini bisa terjadi karena ada kerja sama yang baik dengan TNI, pemda, masyarakat, LSM, YABI untuk translokasinya. Sekali lagi kalau kerja sama banyak hal yang bisa kami selesaikan," ucap dia.
Sementara itu, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko, memaparkan Pihaknya mereplikasi keberhasilan konservasi badak sumatera di TN Way Kambas, Lampung.
Kini, petugas tengah bersiap untuk merelokasi badak jawa di TNUK. Individu diambil secara khusus, guna mencegah perkawinan sedarah.
Baca juga: 5 Bayi Badak Lahir di Way Kambas, tapi Pendanaan Konservasinya Seret
"Kami tahu di alam ada tanda-tanda inbreeding depression, misalnya kelainan morfologi. Itu tanda bahwa mereka sudah kawin sedarah, sehingga kami ambil dari dua haploid type yang berbeda," tutur Satyawan.
Dia menyatakan, translokasi dilakukan perlahan, untuk mencegah badak stres. Lokasi pemindahan berada di perbatasan Taman Nasional Ujung Kulon yang dijaga ketat selama 24 jam. Satyawan memastikan, perburuan badak jawa di Taman Nasional ini sudah terkendali.
"Kami punya bukti sekarang bahwa badak jawa sudah menyebar ke area-area yang dulu dihindari karena adanya pemburu. Di Ujung itu Ada tiga pos, pengamanan tetap 24 jam per hari, tujuh hari seminggu, 30 atau 31 hari perbulan itu tetap," ungkap dia.
Diberitakan sebelumnya, Pakar Konservasi IPB University, Harini Muntasib, mencatat populasi badak jawa bercula di Indonesia saat ini hanya 87-100 ekor. Jumlah tersebut didapatkan melalui metode model spatial count berdasarkan deteksi kehadiran badak di lokasi pengamatan oleh Balai TNUK.
Menurut dia, badak bercula satu merupakan salah satu hewan purba di dunia yang masih hidup dan hanya bisa ditemukan di TNUK. Hewan ini termasuk kategori critically endangered atau terancam punah pada International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List. Selain itu, tercantum dalam Apendiks I Cites.
Baca juga: Sisa 87 Ekor dan Cuma Ada di Indonesia, Badak Jawa di Ujung Kepunahan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya