Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Catokan Rambut Setor Polutan ke Paru-paru Setara Jalan Raya

Kompas.com - 02/09/2025, 13:01 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa kombinasi produk perawatan rambut yang umum kita gunakan serta panas yang berasal dari alat penata rambut, dapat menghasilkan tingkat polusi udara berupa nanopartikel yang setara dengan berdiri di dekat jalan raya yang padat.

Studi tersebut menyebutkan partikel berukuran hingga 500 nanometer tercipta dalam proses tersebut.

Partikel-partikel itu cukup halus sehingga bisa masuk jauh ke dalam paru-paru. Temuan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang bahaya kesehatan yang mungkin kita hadapi dari rutinitas perawatan rambut sehari-hari.

Sebuah tim dari Purdue University di AS melakukan studi ini di sebuah laboratorium rumah kecil yang mereka bangun khusus. Lab tersebut sebelumnya dipakai untuk menguji bahan kimia dari produk perawatan rambut, tetapi para peneliti kini ingin meneliti lebih dalam tentang polusi udara yang terkait.

Baca juga: Rambut Manusia Efektif Serap Tumpahan Minyak di Lingkungan

"Ini benar-benar cukup mengkhawatirkan. Jumlah nanopartikel yang terhirup dari penggunaan produk perawatan rambut yang biasa dibeli di toko jauh lebih besar dari yang kami perkirakan," ungkap Nusrat Jung, salah satu peneliti dalam studi ini, dikutip dari Science Alert, Selasa (2/9/2025).

"Studi semacam ini belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga hingga saat ini, masyarakat masih kurang memahami potensi risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh rutinitas perawatan rambut sehari-hari mereka," tambahnya.

Dalam studinya, para peneliti meminta bantuan tujuh sukarelawan yang menjalani total 21 rutinitas perawatan rambut, yang mencakup lima produk dan peralatan berbeda seperti catokan, pengeriting rambut, dan pengeriting rambut. Polusi udara nanopartikel kemudian diukur pada setiap kasus.

Hasilnya menurut hasil percobaan rutinitas yang berlangsung 10 hingga 20 menit dapat menghasilkan lebih dari 100.000 nanopartikel per sentimeter kubik.

Model simulasi kemudian menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut memungkinkan lebih dari 10 miliar nanopartikel terhirup, dengan banyak di antaranya masuk ke bagian terdalam paru-paru.

Memanaskan produk perawatan rambut hingga suhu di atas 149 derajat C merupakan faktor utama yang menyebabkan penyebaran nanopartikel dalam jumlah besar ke udara.

Pada suhu yang lebih rendah, partikel yang dihasilkan jauh lebih sedikit, dan umumnya partikel tersebut tetap menempel pada rambut.

"Pembentukan nanopartikel di atmosfer sangat responsif terhadap aplikasi panas ini," terang Jianghui Liu, peneliti lain dari studi ini.

Baca juga: Paparan Logam dan Sulfat dalam Polusi Udara Berpotensi Tingkatkan Risiko Asma

"Panas adalah pendorong utamanya, lalu membentuk dan tumbuh menjadi nanopartikel baru, yang sebagian besar ukurannya kurang dari 100 nanometer," katanya lagi.

Kerusakan yang disebabkan oleh nanopartikel khusus ini belum jelas. Namun, penelitian mengenai dampak kesehatan dari partikel berukuran mikrometer semakin menunjukkan risiko yang terkait dengan polusi udara secara umum.

Karena ukurannya yang sangat kecil, nanopartikel serta dampak kesehatan yang ditimbulkannya pun sulit dilacak.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau