KOMPAS.com - Keberlanjutan perkotaan kini menjadi agenda mendesak yang tidak bisa ditunda. Kompleksitas masalah kota, mulai dari tata ruang, mobilitas, hingga lingkungan, menuntut pendekatan baru agar tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di tingkat daerah dapat tercapai.
Isu tersebut mengemuka dalam sesi kedua Lestari Summit 2025 yang berlangsung di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (1/10/2025).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Surabaya, Dedik Irianto, menekankan pentingnya pengelolaan sampah sebagai bagian dari upaya membangun kota berkelanjutan.
Baca juga: Praktik Baik Kota Surabaya, Mengubah Sampah Menjadi Energi dan Inovasi Global Kota Berkelanjutan
“Surabaya saat ini menjadi satu-satunya kota yang berhasil melaksanakan waste to energy sesuai dengan Perpres 35 Tahun 2018,” ujarnya dalam diskusi bertajuk 'Developing Urban Management Ecosystem'," Kamis.
Salah satu keberhasilan yang diraih Kota Surabaya adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo yang berhasil mengalihkan sampah menjadi energi listrik hingga 11 megawatt.
Narasi utama dari praktik baik Surabaya ini adalah inovasi teknologi Waste to Energy (WtE) yang terpusat di TPA Benowo. Fasilitas ini membuktikan bahwa sampah bukan hanya masalah, tetapi juga sumber energi.
Kedua, Landfill Gas Power Plant yang memanfaatkan gas metana (methane capture) dari sisa sampah (sekitar 500 ton fresh waste), menghasilkan tambahan 2 megawatt listrik.
Baca juga: Lestari Summit 2025: Resiliensi Jadi Jalan Menuju Indonesia Emas 2045
Tak hanya itu, inovasi Kota Surabaya dalam mencari solusi atas tantangan lingkungan, khususnya tumpukan limbah popok dan pembalut sekali pakai, juga dikemukakan Dedik.
Ätas inovasi dalam penanganan limbah ini, Kota Surabaya menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia yang masuk dalam "Top 50 Bloomberg Mayors Challenge",” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan Strategis dan Pendanaan Pembangunan Bappeda Provinsi DKI Jakarta, Feirully Irzal, menyoroti visi Jakarta untuk menjadi kota pelopor pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Baca juga: Lestari Summit & Awards 2025: Kolaborasi sebagai Kunci Masa Depan Berkelanjutan
Meski masalah perkotaan terasa berat, Jakarta tidak ingin sekadar bertahan. Melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025–2045, pemerintah menargetkan ibu kota negara ini masuk 20 besar kota global dunia pada 2045.
Kepala Bidang Perencanaan Strategis dan Pendanaan Pembangunan Bappeda Provinsi DKI Jakarta, Feirully Irzal.Visi tersebut disusun dalam beberapa tahapan, mulai dari foundation building (2025–2029), sustainable transformation (2035–2039), hingga elevated global leadership (2040–2045).
“Mari posisikan Jakarta sebagai pelopor pembangunan nasional yang berkelanjutan, berketahanan, inklusif, dan terintegrasi secara global, serta menjadi tempat di mana setiap orang memiliki ruang dan tidak ada yang tertinggal,” ujarnya mengutip pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung.
Baca juga: Lestari Summit & Awards 2025 dan Upaya Bangun Ketahanan Kolektif di Tengah Ketidakpastian
Lestari Summit 2025 sendiri mengusung tema “Thriving Together and Cultivating Resilience for Sustainable Future”.
CEO KG Media, Andy Budiman, dalam peresmian acara menekankan bahwa resiliensi adalah kebutuhan nyata di berbagai aspek kehidupan.
“Resiliensi sosial, ekonomi, dan lingkungan saling terkait. Krisis di satu bidang hampir selalu berkelindan dengan krisis di bidang lain. Karena itulah Lestari Summit 2025 mengangkat tema Thriving Together and Cultivating Resilience for Sustainable Future,” ujar Andy.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya