Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kematian Pohon Meroket, Ancaman Serius bagi Manusia

Kompas.com - 03/10/2025, 19:37 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Earth com

KOMPAS.com - Hutan adalah sumber kehidupan di Bumi, membentuk lanskap, menjaga keseimbangan ekosistem, dan berfungsi sebagai penyerap karbon.

Sayangnya, angka kematian pohon terus naik di berbagai belahan dunia.

Para ilmuwan pun memperingatkan bahwa kenaikan tingkat kematian pohon ini memiliki dampak yang lebih luas dari sekadar isu lingkungan, dengan konsekuensi sosial serius yang belum banyak diteliti atau dipahami sepenuhnya.

"Saat ini kita tidak mengetahui apakah perubahan iklim akan menyebabkan kematian 10 persen atau 50 persen dari semua pohon di seluruh dunia," kata Samuli Junttila, profesor asosiasi laser scanning di University of Helsinki, dikutip dari Earth, Selasa (30/9/2025).

Dalam studinya, Junttila berkolaborasi dengan lebih dari 100 ilmuwan global.

Secara kolektif, mereka menganalisis hampir 500.000 riset pemantauan hutan yang melibatkan area di 89 negara di lima benua.

Untuk melacak kesehatan hutan, Junttila dan rekan-rekannya meluncurkan Global Ecosystem Health Observatory (Observatorium Kesehatan Ekosistem Global).

Baca juga: Kisah Penyandang Disabilitas yang Sukses Berternak Ayam Petelur di Tengah Hutan Kalimantan

Mereka menggunakan citra satelit dan udara bersama dengan alat visi komputer (computer-vision tools) untuk mendeteksi kematian pohon.

"Kami harus melakukan pemantauan minimal lima tahun untuk dapat memastikan status kehidupan suatu pohon. Di samping informasi dasar ini, sangatlah krusial untuk memiliki data mengenai karakteristik habitat setempat, serta usia, dimensi, dan jenis spesies pohon tersebut," katanya.

"Hanya dengan data tersebut, barulah kita dapat membuat perkiraan tentang seberapa cepat peningkatan kematian pohon terjadi seiring dengan pemanasan iklim yang berkelanjutan. Sisi positifnya, teknologi masa kini telah memungkinkan kita untuk melakukan sebagian besar pekerjaan ini," paparnya.

Temuan studi tersebut kemudian mengarah pada perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia sebagai penyebab utama kematian pohon.

Suhu yang meningkat, kemarau panjang, kebakaran, badai, hama serangga, dan penyakit adalah faktor-faktor yang memperburuk atau meningkatkan kerugian pohon.

Lebih lanjut, riset yang dimuat di New Phytologist ini menunjukkan kekurangan pada sistem pemantauan tingkat kematian pohon.

Wilayah Afrika, Amerika Tengah, dan Rusia memiliki cakupan data yang paling minim. Seringkali, lokasi pengamatan sudah ditetapkan, namun pengukuran datanya tidak diperbarui secara berkala.

Peningkatan kualitas pemantauan ini menuntut pendanaan berkelanjutan, kesepakatan standar data, dan kerja sama lintas negara.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau