SINGAPURA, KOMPAS.com - Pemerintah Singapura menempuh berbagai upaya untuk mencapai ketahanan energi mereka. Salah satu yang dilakukan adalah memanfaatkan energi yang berasal dari indigeneous sources.
Indigeneous resources mengacu kepada energi yang memang tersedia di Singapura tanpa harus tergantung pada negara lain, yakni tenaga matahari yang dikembangkan melalui solar panel.
Menteri Tenaga Kerja yang juga Plt Menteri Sains Teknologi Singapura Tan See Leng mengungkapkan Singapura menegaskan komitmennya untuk mengejar portofolio energi berkelanjutan yang beragam guna mencapai target emisi nol bersih.
Baca juga: Pemerintah Incar Produksi Kendaraan Listrik Capai 2 Juta di 2025 untuk Ketahanan Energi
"Tidak ada satu solusi tunggal yang dapat menjawab seluruh tantangan dekarbonisasi," jelasnya dalam pembukaan Singapore International Energy Week 2025, Senin (27/10/2025).
Menurut Tan See Leng, energi surya disebut sebagai sumber energi terbarukan paling potensial di dalam negeri Singapura.
Saat ini, kapasitas terpasang panel surya di Singapura telah mencapai lebih dari 1,7 gigawatt-peak (GWp) dan ditargetkan meningkat menjadi setidaknya 2 GWp sebelum 2030.
"Pemerintah mendorong masyarakat dan pelaku usaha untuk memasang panel surya, menyederhanakan regulasi, serta mengeksplorasi inovasi perkotaan seperti solar canopies dan building-integrated photovoltaics," jelas Tan See Leng.
Namun, dengan keterbatasan lahan, kontribusi energi surya diperkirakan hanya akan mencapai sekitar 10 persen dari total kebutuhan listrik pada 2050.
Selain menggunakan solar panel, Singapura juga tengah menjajaki potensi pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) yang dapat menjadi sumber daya baseload yang stabil.
"Saat ini Singapura mulai mempelajari energi nuklir, terutama teknologi baru seperti Small Modular Reactors yang dinilai memiliki potensi menjadi opsi energi yang aman, andal, dan efisien secara biaya," ungkap dia.
Perdana Menteri Lawrence Wong sebelumnya menyatakan bahwa pemerintah telah melakukan reorganisasi untuk memperkuat kemampuan di bidang ini. Dua lembaga baru dibentuk itu yakni Nuclear Energy Office serta Nuclear Safety Division.
Singapura juga aktif memperluas kerja sama internasional dengan meneken perjanjian dengan Amerika Serikat pada Juli 2024, serta kesepakatan serupa dengan Prancis pada Mei 2025.
Baca juga: Bengkulu Menuju Swasembada Energi Baru Terbarukan
Pada September, AS menyetujui penambahan Singapura dalam Climate and Energy List of Generally Authorised Destinations, yang membuka akses lebih luas terhadap informasi teknis penting terkait teknologi nuklir AS.
Singapore International Energy Week 2025 merupakan event tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Singapura dengan menghadirkan berbagai pihak untuk berdiskusi dan menjajaki berbagai kemungkinan kerja sama.
Tahun ini, SIEW diselenggarakan pada 27-29 Oktober 2025 di Marina Bay Sands Singapura. Sejumlah pembicara yang hadir di adalah perwakilan dari pemerintah, regulator internasional, serta industri.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya