JAKARTA, KOMPAS.com - Rak-rak buku di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Mutiara Rawa Binong, Lubang Buaya, Jakarta Timur, kini memiliki koleksi yang beragam. Buku anak, novel, hingga bacaan remaja tersusun rapi dan jadi teman sehari-hari bagi warga sekitar.
Di balik perubahan itu, ada sosok Tiara, pustakawan yang sejak 2017 setia merawat dan menghidupkan perpustakaan kecil tersebut.
Bagi Tiara, menjadi pustakawan bukan hanya perkara mencari nafkah. Ia merasa terpanggil untuk menjaga agar buku tidak sekadar menjadi tumpukan kertas, melainkan jendela pengetahuan yang bisa diakses siapa saja.
Baca juga: Cerita Tiara, Pustakawan RPTRA Rawa Binong yang Hidupkan Perpustakaan lewat Donasi Buku
“Motivasi saya, di mana pun berada, ingin memajukan literasi dan perpustakaan. Buku itu kan benda mati, tanpa kita, buku enggak akan bisa hidup,” kata Tiara saat ditemui di RPTRA Mutiara Rawa Binong, Jakarta Timur, Rabu (18/9/2025).
Perjalanan Tiara dimulai ketika RPTRA Rawa Binong diresmikan pada Oktober 2017 oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Djarot Saiful Hidayat. Saat itu, koleksi buku bisa dihitung dengan jari.
“Peresmian dan perekrutan pustakawan dilakukan bulan Oktober 2017, langsung oleh Pak Djarot,” ujar dia.
Melihat rak yang kosong, Tiara mengajak warga sekitar berdonasi. Dari inisiatif itu, terkumpul sekitar 100 buku pertama, menjadi titik awal lahirnya tradisi donasi buku setiap tahun.
“Kami inisiatif meminta donasi dari warga. Tahun 2017 terkumpul sekitar 100 buku dengan berbagai judul,” ucap dia.
Baca juga: Pustakawan RPTRA Rawa Binong Sedih Sering Hadapi Buku Hilang dan Rusak
Kini, koleksi buku di perpustakaan semakin beragam. Namun, Tiara tetap selektif agar anak-anak yang datang mendapat bacaan aman.
“Biasanya kami lebih banyak minta novel atau cerita anak. Kalau buku pelajaran enggak terlalu. Tapi semua buku tetap kami seleksi, kalau ada unsur pornografi langsung kami singkirkan,” kata dia.
Upaya itu membuahkan hasil. Pada 2021, perpustakaan kecil itu meraih juara dua sebagai perpustakaan terbaik di Jakarta.
“Saya ingin di mana pun berada, perpustakaan bisa maju. Tahun 2021 akhirnya menang, meski hanya juara dua karena koleksi bukunya belum seribu,” ujar Tiara.
Delapan tahun sudah Tiara mengabdi. Baginya, setiap buku adalah pintu menuju pengetahuan, dan setiap anak berhak mendapat kesempatan untuk membukanya.
Baca juga: Perjalanan Panjang Pustakawan Wien Muldian Mendirikan Ruang Komunitas Baca Di Tebet
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang