JAKARTA, KOMPAS.com - Percepatan penurunan angka stunting melalui inovasi, teknologi dan kolaborasi dipandang perlu terus dilakukan.
Untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul, salah satunya adalah dengan memperkuat pondasi kesehatan masyarakat desa, melalui pengendalian penyakit untuk pengentasan stunting.
Stunting masih menjadi tantangan besar Indonesia. Meski dalam sepuluh tahun terakhir prevalensi stunting terus mengalami penurunan, namun Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan prevalensi stunting masih 21,5 persen.
Baca juga: Peran Krusial Perempuan dalam Tekan Stunting dan Dorong Ekonomi lewat Urban Farming
Angka tersebut masih berada di atas target yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu sebesar 20 persen.
Ketua Umum Asosiasi Dinas Kesehatan (Adinkes) M Subuh menjelaskan, sebagai mitra pemerintah, pihaknya ikut mendorong perangkat desa melakukan kontrol terhadap stunting.
“Melalui Lokakarya 2025, kita melakukan evaluasi terhadap kinerja program terutama pengentasan stunting dan penyakit menular yang dilakukan dinas kesehatan. Dengan kehadiran perwakilan dinas kesehatan dari seluruh wilayah, ini akan menjadi suatu pengetahuan yang nantinya mereka dapat sosialisasikan dan advokasi terhadap perangkat desa,” jelas Subuh dalam keterangan tertulis, Selasa (6/5/2025).
Model pendekatan melalui perangkat desa ini dikatakan Subuh mendapat respon positif dari masyarakat.
Baca juga: Bank INA Gandeng Indomaret untuk Turunkan Angka Stunting
“Karena itu kita terus berinovasi dengan kreativitas dengan menggandeng banyak pihak, pemerintah, organisasi dalam dan luar negeri, masyarakat dan swasta," imbuhnya.