Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OECD Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini

Kompas.com - 05/06/2025, 19:06 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025.

Dalam laporan OECD Economic Outlook Edisi Maret 2025, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dipangkas sebesar 0,3 persen dari 5,2 persen menjadi 4,9 persen.

Selanjutnya, pada edisi Juni 2025, proyeksi tersebut kembali dipangkas sebesar 0,2 persen, menjadi 4,7 persen.

"Pertumbuhan PDB riil diperkirakan melambat menjadi 4,7% pada tahun 2025 sebelum sedikit meningkat menjadi 4,8% pada tahun 2026," tulis OECD dalam laporan tersebut, yang dikutip pada Kamis (5/6/2025).

Baca juga: Prediksi OECD: Ekonomi Global Melambat akibat Kebijakan Tarif Trump

Pemangkasan proyeksi ini disebabkan oleh pelemahan sentimen bisnis dan konsumen di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal serta tingginya biaya utang, yang diperkirakan akan membebani konsumsi dan investasi swasta pada Semester I 2025.

Namun, OECD memperkirakan permintaan domestik Indonesia akan meningkat secara bertahap selama paruh kedua 2025 dan 2026, seiring dengan kondisi keuangan yang membaik, inflasi yang tetap dalam kisaran target Bank Indonesia (BI), dan momentum pengeluaran investasi publik dari dana kekayaan negara.

Di sisi lain, OECD memperingatkan bahwa eskalasi ketegangan perdagangan global dan penurunan harga komoditas dapat membebani permintaan eksternal dan pendapatan ekspor.

Inflasi diperkirakan akan meningkat secara bertahap ke titik tengah kisaran target BI, seiring dengan memudarnya efek diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang diterapkan pada awal tahun ini dan depresiasi mata uang rupiah yang mempengaruhi harga domestik.

"Risiko cenderung menurun. Arus keluar modal yang terus-menerus didorong oleh ketidakpastian kebijakan global dan domestik dapat memberikan tekanan baru pada mata uang, yang berpotensi menyebabkan pelebaran sementara defisit transaksi berjalan dan memicu inflasi melalui biaya impor yang lebih tinggi," jelas OECD.

Baca juga: Syarat Gabung OECD, Pemerintah Akan Perluas Lingkup Kerja KPK

Perlambatan yang lebih besar dari yang diperkirakan di China, sebagai pasar ekspor terbesar Indonesia, juga dapat semakin membebani kinerja ekspor, terutama di sektor komoditas.

Namun, penyebaran dana kekayaan negara secara cepat dan efektif dapat mengkatalisasi investasi swasta dan mempercepat pelaksanaan proyek infrastruktur yang berdampak tinggi.

Menanggapi pemangkasan proyeksi ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa hampir seluruh negara di dunia saat ini tengah mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat pelemahan perdagangan global yang disebabkan oleh pengenaan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat (AS).

"Diprediksi beberapa negara itu pertumbuhannya akan terpotong dari 0,5 persen sampai dengan 0,7 persen," ujarnya saat konferensi pers virtual, Rabu (4/6/2025).

Untuk memitigasi dampak dari tarif resiprokal AS, pemerintah berupaya menjaga daya beli masyarakat, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini banyak dikontribusi oleh konsumsi rumah tangga.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Pajak Dukung Sepak Bola Indonesia Mendunia, Harap Timnas Bisa Tembus Piala Dunia 2026
Pajak Dukung Sepak Bola Indonesia Mendunia, Harap Timnas Bisa Tembus Piala Dunia 2026
Keuangan
Buntut Tambang Nikel di Raja Ampat, Menteri LH Ingatkan Putusan MK soal Larangan Pertambangan di Pulau Kecil
Buntut Tambang Nikel di Raja Ampat, Menteri LH Ingatkan Putusan MK soal Larangan Pertambangan di Pulau Kecil
Ekbis
Menteri LH Sebut Ada Pencemaran di Akibat Tambang Nikel Pulau Gag Raja Ampat, tapi ...
Menteri LH Sebut Ada Pencemaran di Akibat Tambang Nikel Pulau Gag Raja Ampat, tapi ...
Ekbis
Diskon Garuda Indonesia untuk Libur Sekolah, Harga Tiket Pesawat Domestik Turun 5 Persen
Diskon Garuda Indonesia untuk Libur Sekolah, Harga Tiket Pesawat Domestik Turun 5 Persen
Belanja
Usai Negosiasi I-EU CEPA Rampung, 80 Persen Ekspor RI ke Eropa Kena Tarif 0 Persen
Usai Negosiasi I-EU CEPA Rampung, 80 Persen Ekspor RI ke Eropa Kena Tarif 0 Persen
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau