JAKARTA, KOMPAS.com- Perum Bulog memastikan kualitas beras yang disimpan di gudang terjaga dengan baik, lantaran sistem pengawasan dan perawatan berjalan optimal.
Pernyataan Bulog ini setelah Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto menyebut, sejumlah pasokan beras yang disimpan di Gudang Bulog berkutu dan tak segar. Hal itu ia utarakan saat rapat kerja (raker) bersama Kementerian Pertanian di Gedung DPR/MPR, Rabu (2/7/2024).
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Mokhamad Suyamto memastikan, setiap gudang memiliki petugas khusus memantau, memeriksa kualitas gabah dan beras hasil serapan dari petani lokal.
Baca juga: Jadi Dirut Bulog, Ahmad Rizal Ajukan Pensiun Dini dari TNI
Seluruh beras yang masuk wajib melewati proses pemeriksaan menyeluruh, dengan melibatkan surveyor independen untuk menjamin transparansi dan akurasi standar mutu
“Pengawasan kualitas dilakukan sejak tahap penerimaan hingga masa penyimpanan. Kami memastikan kualitas tetap terjaga demi mendukung ketahanan pangan nasional,” ujar Suyamto di Jakarta, Jumat (18/7/2025).
Bulog juga menerapkan sistem perawatan berkala atas stok beras yang tersimpan. Prinsip Pengelolaan hama gudang terpadu (PHGT) menjadi acuan utama dalam pengelolaan komoditas.
PHGT mencakup kebersihan gudang, pemantauan kondisi secara rutin, tindakan preventif seperti penyemprotan (spraying), hingga langkah kuratif seperti fumigasi apabila terjadi serangan hama.
Langkah-langkah pengawasan dan perawatan, lanjut dia, bagian dari komitmen Bulog untuk menjaga kepercayaan publik, serta memastikan ketersediaan beras yang aman, layak konsumsi, dan bermutu tinggi.
Kualitas beras yang terjaga ini sangat penting tidak hanya untuk mendukung program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), di mana masyarakat bisa mendapatkan beras berkualitas dengan harga terjangkau, tetapi juga untuk mendukung program bantuan pangan.
“Menjaga kualitas beras bukan hanya soal penyimpanan, tapi juga memastikan masyarakat mendapatkan bahan pangan terbaik di setiap lapisan distribusi,” paparnya.
Baca juga: Dirut Bulog: Pemain Judol dan Teroris Tak Dapat Bantuan Pangan
Titiek Soeharto sebelumnya mengaku melihat sisa beras impor di gudang Bulog sudah berkutu dan tak segar. Pasalnya beras yang menumpuk di Bulog diimpor sejak 10 bulan lalu dan sebagiannya belum disalurkan ke pasar.
Dipastikan bahwa beras sisa impor yang dibiarkan dan belum disalurkan lewat program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), maka pangan dasar ini tak bisa dikonsumsi lagi.
“Saya rasa tidak aman (dikonsumsi) ya Pak Menteri, karena kalau beras itu sudah terlalu lama disimpan di gudang, itu kami lihat sendiri sudah ada kutunya,” ucap Titiek.
“Walaupun kutu bukan kutu hitam, kutu putih, tapi tetap saja itu bukan beras yang fresh, kalah terlalu lama disimpan. Kalau import masuknya bulan 10, berarti sudah 10 bulan ada di gudang, dari 10 bulan, mungkin hampir setahun,” lanjutnya.