KOMPAS.com – Di tengah riuhnya gedung pencakar langit di kawasan perkantoran Thamrin, Jakarta Pusat, berdiri sebuah gedung tua bersejarah: Wisma Nusantara.
Gedung ini bukan hanya landmark Jakarta sejak puluhan tahun silam, tetapi juga mencatatkan diri sebagai gedung pencakar langit pertama di Indonesia, sekaligus yang pertama di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Pembangunan Wisma Nusantara dimulai pada tahun 1964. Namun karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia di masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, proyek ini sempat mangkrak selama beberapa tahun.
Baru pada masa awal pemerintahan Presiden Soeharto, proyek ini kembali dilanjutkan. Melalui skema pinjaman dari pemerintah Jepang, pembangunan Wisma Nusantara dilanjutkan sebagai bagian dari kerja sama bilateral Indonesia-Jepang.
Wisma Nusantara kemudian selesai dibangun dan resmi dibuka pada tahun 1972. Gedung ini juga terkenal sebagai bangunan tinggi generasi pertama yang tahan gempa yang dibangun kontraktor Jepang, Mitsui.
Baca juga: Siapa Pemilik Hotel Kartika Chandra di Gatsu, Benarkah Milik Tentara?
Dengan tinggi sekitar 117 meter dan 30 lantai, Wisma Nusantara menjadi gedung tertinggi pertama di Asia Tenggara pada masanya.
Untuk diketahui saja, perusahaan pengelola dan pemilik Wisma Nusantara adalah PT Wisma Nusantara Internasional.
Mengutip situs resmi perusahaan, saham PT Wisma Nusantara International awalnya dimiliki oleh Mitsui 55 persen dan pemerintah Indonesia 45 persen.
Namun saat ini, PT Wisma Nusantara International sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Guthrie Overseas Investment Pte Ltd (GOI), anak usaha dari Guthrie GTS asal Singapura.
Sisanya digenggam oleh pemegang saham lama, Mitsui. Tak ada informasi lebih lanjut di situs resminya bagaimana saham pemerintah beralih menjadi milik swasta PMA (penanaman modal asing).
PT Wisma Nusantara International juga merupakan pengelola gedung perkantoran Wisma Nusantara dan Hotel Novotel Benoa Bali.
Baca juga: Sosok Konglomerat Pemilik Hotel Padma
Meski berstatus PMA asal Singapura, Guthrie kerap dikaitkan dengan Putra Masagung, anak pendiri Toko Buku Gunung Agung.
Pengembangan Gedung Wisma Nusantara ini terus dilakukan oleh pemilik baru. Misalnya pada 2002, dibangun jembatan penghubung dengan Hotel Nikko (kini berubah nama menjadi Hotel Pullman).
Pada tahun 2005, Gedung Annex didirikan untuk mengakomodasi area parkir bagi tamu dan penyewa perkantoran di Wisma Nusantara dan Hotel Nikko.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang