Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang PHK Global: Benarkah AI Biang Keroknya?

Kompas.com - Diperbarui 19/10/2025, 21:58 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah perusahaan besar di Amerika Serikat dan Eropa menuding kecerdasan buatan (AI) sebagai penyebab di balik gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) global.

Namun, sejumlah pakar menilai alasan itu tidak sepenuhnya benar dan justru menjadi cara baru perusahaan menutupi kesalahan bisnis masa lalu.

Perusahaan teknologi dan jasa seperti Accenture, Lufthansa, Salesforce, hingga Klarna telah mengumumkan PHK ribuan karyawan dalam beberapa bulan terakhir. Semuanya mengaitkan langkah tersebut dengan strategi efisiensi berbasis AI.

Baca juga: CEO Baru Nestle Umumkan PHK 16.000 Karyawan Demi Efisiensi

Dilansir dari CNBC, Minggu (19/10/2025), Accenture mengumumkan restrukturisasi yang mempercepat pengurangan pegawai, terutama bagi mereka yang belum mampu beradaptasi dengan keterampilan AI.

Maskapai Lufthansa juga berencana menghapus 4.000 posisi kerja hingga 2030 demi meningkatkan efisiensi.

Salesforce melakukan pemangkasan 4.000 pegawai layanan pelanggan dengan alasan AI kini mampu menangani 50 persen pekerjaan internal.

Fintech Klarna bahkan memangkas staf hingga 40 persen setelah memperluas penggunaan alat berbasis AI.

Sementara itu, platform belajar bahasa Duolingo menyatakan akan mengurangi ketergantungan pada tenaga kontrak dan mulai memanfaatkan AI untuk mengisi kekosongan kerja.

Baca juga: Usai BATA Stop Produksi Sepatu, Menaker Akan Monitor Potensi PHK

AI Jadi "Kambing Hitam" Baru di Balik Gelombang PHK Global

Meski banyak perusahaan mengaitkan PHK dengan otomatisasi, sejumlah akademisi justru skeptis terhadap alasan tersebut.

Fabian Stephany, asisten profesor bidang AI dan ketenagakerjaan di Oxford Internet Institute, menilai banyak perusahaan sekadar menggunakan AI sebagai “kambing hitam” agar keputusan PHK tampak rasional dan futuristik.

“Saya sangat skeptis apakah PHK ini benar-benar karena efisiensi yang dihasilkan AI. Ini lebih pada strategi perusahaan untuk tampak inovatif sambil menutupi alasan bisnis lain,” kata Stephany.

Ia menilai perusahaan tengah membangun citra sebagai pelopor AI, padahal banyak yang hanya mengulang kesalahan lama.

“Duolingo atau Klarna misalnya, keduanya sempat melakukan perekrutan besar-besaran saat pandemi Covid-19. Sekarang mereka hanya melakukan pembersihan pasar,” ujarnya.

Stephany menilai PHK ini bukan akibat langsung dari AI, melainkan dampak dari kelebihan rekrutmen sebelumnya.

“Daripada mengakui kesalahan hitung dua-tiga tahun lalu, mereka cukup bilang, ‘ini karena AI’,” tambahnya.

Baca juga: Okupansi Hotel di Beranda IKN Balikpapan 30 Persen, Tak Ada PHK

Halaman:


Terkini Lainnya
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
Ekbis
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau