KOMPAS.com - Sejumlah perusahaan besar di Amerika Serikat dan Eropa menuding kecerdasan buatan (AI) sebagai penyebab di balik gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) global.
Namun, sejumlah pakar menilai alasan itu tidak sepenuhnya benar dan justru menjadi cara baru perusahaan menutupi kesalahan bisnis masa lalu.
Perusahaan teknologi dan jasa seperti Accenture, Lufthansa, Salesforce, hingga Klarna telah mengumumkan PHK ribuan karyawan dalam beberapa bulan terakhir. Semuanya mengaitkan langkah tersebut dengan strategi efisiensi berbasis AI.
Baca juga: CEO Baru Nestle Umumkan PHK 16.000 Karyawan Demi Efisiensi
Dilansir dari CNBC, Minggu (19/10/2025), Accenture mengumumkan restrukturisasi yang mempercepat pengurangan pegawai, terutama bagi mereka yang belum mampu beradaptasi dengan keterampilan AI.
Maskapai Lufthansa juga berencana menghapus 4.000 posisi kerja hingga 2030 demi meningkatkan efisiensi.
Salesforce melakukan pemangkasan 4.000 pegawai layanan pelanggan dengan alasan AI kini mampu menangani 50 persen pekerjaan internal.
Fintech Klarna bahkan memangkas staf hingga 40 persen setelah memperluas penggunaan alat berbasis AI.
Sementara itu, platform belajar bahasa Duolingo menyatakan akan mengurangi ketergantungan pada tenaga kontrak dan mulai memanfaatkan AI untuk mengisi kekosongan kerja.
Baca juga: Usai BATA Stop Produksi Sepatu, Menaker Akan Monitor Potensi PHK
Meski banyak perusahaan mengaitkan PHK dengan otomatisasi, sejumlah akademisi justru skeptis terhadap alasan tersebut.
Fabian Stephany, asisten profesor bidang AI dan ketenagakerjaan di Oxford Internet Institute, menilai banyak perusahaan sekadar menggunakan AI sebagai “kambing hitam” agar keputusan PHK tampak rasional dan futuristik.
“Saya sangat skeptis apakah PHK ini benar-benar karena efisiensi yang dihasilkan AI. Ini lebih pada strategi perusahaan untuk tampak inovatif sambil menutupi alasan bisnis lain,” kata Stephany.
Ia menilai perusahaan tengah membangun citra sebagai pelopor AI, padahal banyak yang hanya mengulang kesalahan lama.
“Duolingo atau Klarna misalnya, keduanya sempat melakukan perekrutan besar-besaran saat pandemi Covid-19. Sekarang mereka hanya melakukan pembersihan pasar,” ujarnya.
Stephany menilai PHK ini bukan akibat langsung dari AI, melainkan dampak dari kelebihan rekrutmen sebelumnya.
“Daripada mengakui kesalahan hitung dua-tiga tahun lalu, mereka cukup bilang, ‘ini karena AI’,” tambahnya.
Baca juga: Okupansi Hotel di Beranda IKN Balikpapan 30 Persen, Tak Ada PHK