KOMPAS.com — Konglomerasi milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway, melaporkan lonjakan laba operasi pada kuartal III-2025. Namun, di tengah kinerja yang solid, Buffett justru memilih menumpuk kas hingga mencapai rekor baru dan tak melakukan pembelian kembali saham (buyback).
Laba operasi yang dihasilkan dari bisnis-bisnis sepenuhnya milik Berkshire, termasuk asuransi dan perkeretaapian, melonjak 34 persen secara tahunan menjadi 13,485 miliar dollar AS, atau setara Rp 223,8 triliun (asumsi kurs Rp 16.600 per dollar AS).
Kenaikan signifikan ini didorong oleh lonjakan lebih dari 200 persen pada pendapatan underwriting asuransi, yang naik menjadi 2,37 miliar dollar AS atau sekitar Rp 39,3 triliun.
Baca juga: Simak, Tips Investasi Warren Buffett Saat Pasar Saham Bergejolak
Meski laba meningkat tajam, Warren Buffett tetap enggan melakukan buyback saham.
Berkshire menyebut tidak ada pembelian kembali saham sepanjang sembilan bulan pertama 2025, meskipun harga saham perusahaan sempat terkoreksi signifikan.
Sebaliknya, tumpukan kas Berkshire justru mencapai rekor baru sebesar 381,6 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 6.336 triliun. Angka ini melampaui rekor sebelumnya, 347,7 miliar dollar AS, yang tercatat pada kuartal pertama tahun ini.
Selain tidak melakukan buyback, Berkshire juga menjual lebih banyak saham dibanding membeli pada kuartal III. Penjualan bersih saham itu menghasilkan keuntungan kena pajak sebesar 10,4 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 172,6 triliun.
Sementara itu, sepanjang tahun 2025, saham Kelas A dan B Berkshire masing-masing naik 5 persen, lebih rendah dibanding kenaikan indeks S&P 500 yang mencapai 16,3 persen.
Baca juga: 5 Hal yang Harus Dihentikan Kelas Menengah jika Ingin Kaya Menurut Warren Buffett
Warren Buffett yang kini berusia 95 tahun telah mengumumkan akan mundur sebagai CEO pada akhir 2025, setelah enam dekade memimpin Berkshire. Posisi tersebut akan digantikan oleh Greg Abel, Wakil Ketua bidang operasi non-asuransi.
Buffett akan tetap menjabat sebagai ketua dewan direksi, sementara Abel akan mulai menulis surat tahunan kepada pemegang saham mulai 2026.
Sejak pengumuman tersebut, saham Berkshire sempat turun dua digit dari posisi tertingginya, sebagian karena hilangnya apa yang disebut “Buffett premium”, yaitu tambahan harga yang bersedia dibayar investor karena reputasi dan keahlian investasi Buffett.
Baca juga: Kenapa Warren Buffett Ogah Investasi Emas?
Pada Oktober lalu, Berkshire mengumumkan kesepakatan untuk mengakuisisi unit petrokimia Occidental Petroleum (OxyChem) senilai 9,7 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 161 triliun.
Kesepakatan ini menjadi akuisisi terbesar Berkshire sejak 2022, ketika perusahaan membeli insurer Alleghany dengan nilai 11,6 miliar dollar AS (Rp 192,6 triliun).
Secara keseluruhan, laba bersih Berkshire, termasuk keuntungan dari investasi di perusahaan publik lain, naik 17 persen menjadi 30,8 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 511,3 triliun dibanding periode sama tahun lalu.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang