MATARAM, KOMPAS.com - Gerakan Jagak Rinjani bersama ratusan pecinta alam dan masyarakat adat di Lombok menolak rencana proyek wisata seaplane (pesawat yang lepas landas dan mendarat di air), glamping dan kereta gantung di Gunung Rinjani, Rabu (23/7/2025).
Karena proyek wisata tersebut dinilai hanya akan merusak alam Gunung Rinjani dan seluruh ekosistem di kawasan Geopark yang diakui dunia itu.
Gerakan ini merupakan sejumlah organisasi yang tergabung dalam Aliansi Rinjani Memanggil (ARM), sejumlah Forum Asosiasi Tracing Organizer dan Forum Rinjani Bagus.
"Kami berkomitmen menjaga Rinjani, karena merupakan pasek gumi Lombok, maka dengan tegas saya dan seluruh kami yang ada di Lombok menyatakan menolak seaplane, glamping dan kereta gantung," kata Junaidi, dari Aliansi Rinjani Memanggil.
Baca juga: Pendakian Gunung Rinjani Ditutup Sementara untuk Perbaikan Jalur
Dalam pertemuan konsolidasi itu, mereka menyiapkan sejumlah langkah bersama untuk menyuarakan penolakan atas proyek seaplane dan glamping yang ditawarkan PT Solusi Pariwisata Inovatif (SPI).
Paket wisata ke gunung yang akan membiarkan pesawat ampibi mendarat di Danau Segara Anak, membangun tenda-tenda mewah di sekitarnya, lanjut dia, merupakan tindakan yang merusak keindahan Rinjani.
'Atas nama apapun, Rinjani tidak boleh dikangkangi, untuk pesan pada siapapun yang ingin menyelamatkan Rinjani, hanya ada dua posisi, solusi atau masalah, jika anda bukan solusi bagi Rinjani saat ini, maka anda adalah masalah," kata Junaedi kembali.
Baca juga: Kutipan Reinhold Messner Jadi Peringatan untuk Pendaki Gunung Rinjani
Sapta, Ketua Forum ASTO (Asosiasi Tracing Organizer) Lombok Tengah dalam kesempatan itu juga mengatakan, penolakan ini sudah sejak lama dilakukan semua masyarakat di Lombok.
Isu ini sempat hilang kabarnya, tetapi sekarang muncul kembali dan makin melukai perasaan masyarakat Lombok, terutama masyarakat yang berada di lingkar Rinjani.
"Saya tidak paham kenapa mereka menganggap bahwa proyek fasilitas wisata ini dianggap diperlukan di Rinjani, ini akan melukai perasaan masyarakat Lombok," katanya.
Mestinya Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) mendengar apa yang dikeluhkan dan ditolak masyarakat.
"Kita semua bisa mewakili apa yang menjadi kekhawatiran masyarakat Bumi Lombok ini, masyarakat Sasak ini," kata Sapta.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini