KOMPAS.com - Perusakan rumah doa umat Kristen milik jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat, membuat sejumlah jemaat trauma.
Salah satu jemaat, Baja Baruhu (57),, mengaku takut akan terjadi hal yang sama atau bahkan yang lebih parah dibanding yang ia alami tersebut di kemudian hari.
Baca juga: Polisi Tangkap 9 Terduga Perusak Rumah Doa Umat Kristen di Padang
"Saya takut nanti ini akan terulang lagi atau mungkin semakin parah seperti pembunuhan. Saya maunya aman lah lagi nantinya," katanya, dikutip dari BBC Indonesia, Senin (28/7/2025).
Baja mengatakan, saat itu dia sedang duduk di teras rumah doa. Baru beberapa menit duduk, tiba-tiba ada beberapa pria yang datang.
"Mereka bersorak menyuruh pulang dan saya terkejut mendengar itu," tuturnya.
Sesaat kemudian, para pria melempar batu, memukul jendela kaca menggunakan kayu, serta menghancurkan kursi plastik yang ada di rumah doa tersebut.
Baja langsung lari keluar dan hanya melihat para pria tersebut mengamuk di rumah doa itu.
Trauma juga dialami oleh sang pendeta, F Dachi. Dia mengaku sangat terpukul ketika melihat anak-anak bimbingannya menjadi korban dalam kejadian itu.
Baca juga: Rumah Doa Umat Kristen di Padang Dirusak Warga, Wali Kota: Bukan SARA, Salah Paham
Adapun rumah doa tersebut juga dijadikan tempat pendidikan agama bagi siswa Kristen.
"Trauma terberat bagi saya karena mereka melarang untuk tidak melakukan pendidikan agama. Sementara Undang-undang sudah menjamin untuk kebebasan beragama," katanya.
Trauma yang lebih mendalam, menurut Dachi, akan dirasakan oleh anak-anak yang berjumlah sekitar 30 orang saat kejadian tersebut.
"Mereka pasti sangat trauma dengan kejadian itu dan saya khawatir nanti mereka tidak mau lagi untuk belajar pendidikan agama seperti biasanya," katanya.
Dachi mengaku, dirinya juga mendapatkan ancaman dari warga untuk tidak melakukan kegiatan ibadah.
Menanggapi trauma tersebut, Wali Kota Padang, Fadli Amran, mengatakan bahwa ia akan meminta Dinas Sosial Padang untuk memberikan trauma healing kepada para anak-anak dan juga seluruh warga Kristen di lokasi itu.
"Nanti saya akan perintahkan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan untuk memberikan bantuan agar mereka bisa melupakan trauma itu kedepannya," katanya.
Saat ini polisi telah menangkap sembilan terduga pelaku yang masih dalam pemeriksaan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini