KOMPAS.com - Gempa bumi bermagnitudo 4,1 yang mengguncang dan merusak sejumlah bangunan di Bogor pada 10 April 2025 lalu dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik.
Apa itu sesar Citarik?
Baca juga: Dedi Mulyadi Ingatkan Bahaya Sesar Lembang: Ini Sudah Diprediksi, Tinggal Siap-siap
Sesar ini merupakan patahan aktif yang jalurnya memanjang dari Pelabuhan Ratu, melintasi Bogor, hingga Bekasi, dan menjadi sumber ancaman gempa bagi kawasan sekitarnya.
Gempa Bogor yang terjadi pukul 22.16 WIB tersebut merupakan gempa kerak dangkal dengan pusat gempa (episenter) berada di darat pada kedalaman 5 kilometer.
Menurut Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, lokasi pusat gempa tersebut berada tepat di jalur Sesar Citarik.
"Gempa Bogor M 4,1 dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik yang aktif dan dangkal," kata Daryono, dalam keterangan resminya Minggu (24/8/2025).
Meskipun magnitudonya tergolong sedang, gempa tersebut menimbulkan kerusakan ringan di beberapa lokasi.
Hal ini disebabkan oleh tiga faktor utama:
"Guncangan gempa diperkuat karena hiposenternya dangkal dan kondisi tanah lunak di lokasi," ujar Daryono.
Suara gemuruh dan dentuman yang menyertai gempa saat itu juga menjadi bukti bahwa pusat gempa berada sangat dekat dengan permukaan.
Karakteristik gelombang gempa yang terekam sensor menunjukkan gempa tersebut murni tektonik, bukan akibat aktivitas vulkanik Gunung Salak.
Baca juga: BRIN Temukan Potensi Sesar Aktif di Bawah Semarang, Tingkatkan Risiko Longsor?
Sesar Citarik sendiri memiliki catatan sejarah panjang sebagai pemicu gempa merusak.
Sejumlah gempa signifikan yang diduga bersumber dari sesar ini di antaranya gempa dahsyat yang merusak Istana Bogor pada 1834, serta gempa Sukabumi pada 1900 dan 2020.
"Sesar Citarik memiliki catatan sejarah gempa signifikan dan merusak di masa lalu," tutur Daryono.
Dengan bukti aktivitas dan potensi gempa kuat di masa depan, keberadaan Sesar Citarik menjadi faktor risiko yang harus diperhitungkan secara serius dalam perencanaan tata ruang dan pembangunan infrastruktur di wilayah Jabodetabek dan Sukabumi.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini