Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendikti Saintek) Stella Christie meluruskan, bahwa sebenarnya STEM bukan pelajaran mainkan pola dalam berpikir.
Menurut Stella, kemampuan STEM pada anak juga sudah muncul sejak usia tiga bulan. Apabila sudah memahami hal itu, Stella yakin bahwa akan lebih mudah membuat anak menyukai STEM.
"Jadi yang menarik sekali sebenarnya kalau kita bertanya bagaimana kita bisa membuat STEM itu menyenangkan, pertama kita harus yakin bahwa kemampuan berpikir STEM itu sudah ada sejak lahir, dan yang perlu kita lakukan adalah menggunakan keseharian untuk menggairahkan kemampuan," ucap Stella.
Sebagai bentuk aksi nyata, Kompas.com juga mengirim relawan untuk membantu anak-anak Indonesia meningkatkan literasi dan memperkenalkan STEM.
Salah satu relawan dari Bapak2.id yakni Munawir mengatakan Bapak2.id mendapatkan kesempatan untuk menjadi relawan di Pandeglang, Banten.
Ia mengaku senang bisa mendapatkan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dan mengetahui apa yang dibutuhkan anak-anak Indonesia.
"Dengan literasi mereka semua punya media sosial ternyata tapi mereka tidak punya kemampuan untuk bisa tahu memilah mana yang benar mana yang enggak," ujar Munawir di Festival Jagat Literasi di Menara Kompas, Senin (15/9/2025).
Sementara dari sisi STEM, para relawan mendampingi para siswa untuk mengerjakan proyek berbasis STEM.
Kita bikin turbo angin. Jadi kayak miniatur turbin, ada kipas kecil kalau ditimpa akan nyalakan lampu. Nah itu seru banget.
"Saya pikir mereka akan malu-malu ternyata enggak rame banget dan ketika mereka melihat alat peraganya wah mereka antusias," kata salah satu relawan dari Bapak2.id lainnya yakni Tuan Yayat.
Sebagai bentuk kerja sama dari berbagai program rangkaian HUT ke-30, Kompas.com juga memberikan apresiasi pada partner kolaborasi di Festival Jagat Literasi di Menara Kompas, Jakarta, Senin (15/9/2025).
Partner kolaborasi itu terdiri dari Riady Foundation, ParagonCorp, Gramedia, BliBli, Bapak2.id, dan Kitabisa. Mereka mendapatkan plakat dari Kompas.com.
Pada Jagat Literasi Festival, Kompas.com juga meluncurkan buku kolumnis berjudul "Menafsir Gelap, Menuangkan Terang" yang dilakukan langsung oleh Pemimpin Redaksi Kompas.com Amir Sodikin.
Peluncuran buku ini merupakan bentuk apresiasi Kompas.com terhadap kolumnis-kolumnis yang telah memberikan ide dan gagasannya di Kompas.com.
Hingga tahun 2025, ada sekitar 5.500 kolumnis yang bergabung dan mengirimkan artikel gagasannya ke Kompas.com.
Adapun buku ini akan dibagikan secara khusus pada kolumnis Kompas.com sebagai tanda penghargaan. Apabila ada Sahabat Kompas.com yang menginginkan buku ini nantinya akan bisa didapatkan segera.
Selain meluncurkan buku, Kompas.com juga memberikan penghargaan khusus pada beberapa kolumnis yang setia, konsisten dan jernih menyampaikan gagasan di kanal Kolom Kompas.com.
Apresiasi ini diberikan pada kolumnis yang berasal dari berbagai latar belakang profesi yang selama bertahun-tahun telah membentuk ruang literasi yang kritis berimbang dan mencerahkan.
Beberapa kolumnis yang terpilih mendapatkan penghargaan yakni Prof. Hamid Awaludin, Dr. Jannus TH Siahaan dan, Dr Ari Junaedi.
Sebagai salah satu penerima penghargaan, Ari Juanedi mengungkap alasannya menulis kolom di Kompas.com yang berawal dari perasaan resah pada TanahAir serta pengalamannya menyusuri pelosok Indonesia.
"Saya merasa gelisah dengan negeri ini. Perjalanan saya, saya jarang pulang ke rumah mangkanya saya mengucapkan terima kasih pada istri saya," ucap Ari.
Ari mewakili para kolumnis berterima kasih pada Kompas.com karena sudah diberikan kesempatan untuk menulis dan menyampaikan gagasan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarangArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya