Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Tumpeng hingga Dawet, Ini Maknanya di Prosesi Siraman Al Ghazali

Kompas.com - 16/06/2025, 17:05 WIB
Mufit Apriliani,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Siraman Al Ghazali yang dilaksanakan pada Sabtu, 14 Juni 2025, memang mencuri perhatian, mulai dari rangkaian acara hingga makanan dan minuman yang juga muncul dalam prosesi.

Sebut saja tumpeng, dawet, dan pisang raja yang ternyata memiliki makna dan harapan mendalam yang mendalam untuk calon mempelai.

Selengkapnya, yuk kita simak makna dari makanan dan minuman yang terdapat dalam acara siraman Al Ghazali lewat penjelasan di bawah ini!

Baca juga: Makna Dawet di Prosesi Siraman Al Ghazali, Simbol Harapan Rumah Tangga

Tumpeng

Tumpeng merupakan sajian nasi yang dibentuk mengerucut menyerupai gunung dan dikelilingi aneka lauk serta sayuran. Bukan hanya indah dipandang, namun tumpeng juga sarat makna filosofis.

Dalam acara siraman adat Jawa, hidangan ini disebut dengan tumpeng robyong, yaitu nasi kerucut yang pada bagian puncak tumpeng diletakkan telur ayam, terasi, bawang merah, dan cabai.

Disertakan juga lauk pauk goreng seperti tempe, daging, ikan laut, bunga melati, mawar, kenanga, serta sayuran yang disusun di atas sebuah bakul.

Makna dari tumpeng adalah simbol harapan agar tamu datang beramai-ramai untuk mendoakan dan merestui pernikahan.

Baca juga: Apa Makna Menggantung Ketupat di Pintu Rumah?

Musisi Ahmad Dhani membagikan momen kebersamaan keluarga besarnya dalam prosesi siraman putra sulungnya, Al Ghazali, melalui unggahan di Instagram.Instagram/@ahmaddhaniofficial Musisi Ahmad Dhani membagikan momen kebersamaan keluarga besarnya dalam prosesi siraman putra sulungnya, Al Ghazali, melalui unggahan di Instagram.

Dawet

Minuman yang dikenal manis dan gurih dari santan ini juga muncul dalam prosesi siraman Al Ghazali.

Maia Estianty melaksanakan tradisi “dodol dawet” atau berjualan dawet, sementara kedua adik Al yakni Abdul Qodir Jaelani (Dul) dan Ahmad El Jalaluddin Rumi (El Rumi) memegang payung di belakang Maia.

Bukan hanya sekadar minuman, dawet di prosesi siraman memiliki filosofi mendalam. Mengutip Buku Serba Serbi Tumpeng (2013) karya Lilly T. Erwin, ketika “dodol dawet”, transaksi pembelian menggunakan kreweng atau pecahan gerabah.

Adanya kreweng merupakan simbol kehidupan manusia yang berasal dari tanah, serta harapan agar rezeki kedua pasangan pengantin selalu lancar dan mengalir.

Bahan-bahan dawet lainnya seperti cendol, santan, dan gula merah cair juga memiliki makna tersendiri.

Cendol melambangkan kebersamaan, santan menggambarkan harapan agar kehidupan nyaman dan sejahtera, kemudian gula merah cair atau juruh yang memberikan sentuhan manis mengandung harapan agar pernikahan berjalan harmonis dan penuh kebahagiaan.

Baca juga: 5 Makanan Cap Go Meh yang Punya Makna Baik, Bukan Cuma Lontong

Pisang Raja

Pisang raja menjadi salah satu buah yang kerap hadir di prosesi pernikahan adat Jawa. Melansir Buku Filsafat Jawa: Menguak Filosofi, Laku Hidup, dan Ajaran Leluhur Jawa (2017) karya Sri Wintala Achmad, pisang raja melambangkan permohonan agar keluarga menjadi orang yang berwatak adil, berbudi luhur, dan selalu menepati janji.

Pisang raja juga melambangkan kebesaran dan kemuliaan, sehingga menjadi doa agar pasangan pengantin mendapatkan kebahagiaan dan keberkahan dalam pernikahan mereka.

Makanan minuman dalam proses siraman adat Jawa bukan sekadar pelengkap, melainkan sarat makna dan doa yang mengiri langkah menuju pernikahan dan kehidupan rumah tangga yang baik.

Baca juga: Makna Manisan Imlek, Simbol Harapan dan Kebahagiaan

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau